ORANG-orang Belanda menyebut bangunan di belahan utara Sungai Musi, Palembang ini dengan istilah de nieuwe kraton.

Itu disebabkan Benteng Kuto Besak awalnya menyerupai keraton Sultan Palembang Darussalam, dibangun lengkap dengan pendopo, kaputren (tempat putri), segaran (kolam), taman dan alun-alun.

Saat itu di sebelah timurnya terdapat bangunan Istana Kuto Kecik, Kuto Lamo, Kuto Batu dan Kuto Tengkuruk. Berikut babak sejarah yang dilalui bangunan ini.

1779: Benteng Kuto Besak dibangun oleh Sultan Muhammand bin Susuhunan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo di pusat pemerintahan Kesultanan Palembang-Darussalam. Kompleks tersebut dikelilingi tiga anak Sungai Musi dan parit.

1821: Kompleks Istana Kesultanan Palembang Darussalam diserang dan dibakar Belanda pada Ramadhan, menjelang masa pemerintahan Yang Mulia Sri Paduka Susuhunan Ratu Mahmud Badaruddin (Sultan Mahmud Badaruddin II).

Benteng Kuto Besak diambil alih dan dikuasai Belanda dengan terlebih dahulu menangkap dan membuang Sultan Mahmud Badaruddin II ke Ternate, Maluku.

Sekarang: Benteng Kuto Besak digunakan TNI sebagai markas Kesdam II/Sriwijaya serta beberapa instansi lainnya.

Batas wilayahnya telah berubah. Pada fase awal perbatasan dibatasi anak-anak Sungai Musi, tetapi pada saat ini luas wilayahnya jauh berkurang karena hanya dibatasi jalan yang melingkari benteng. (TT/N-4)