gunung gede pangrangoTaman nasional ini merupakan taman berisi aneka tumbuhan dengan luas 21.975 hektare. Taman nasional yang ditetapkan sejak tahun 1980 ini, ditutupi oleh hutan hujan tropis pegunungan. Berjarak hanya dua jam (100 km) dari Jakarta, tempat ini merupakan salah satu solusi untuk berlibur di saat penat oleh kesibukan dan hiruk pikuk kota metropolitan datang menghampiri. Apalagi, bagi mereka yang dekat dengan alam dan gemar mendaki.

Secara administratif, kawasan TNGGP berada di tiga kabupaten (Bogor, Cianjur dan Sukabumi), Provinsi Jawa Barat. Kantor pengelola, yaitu Balai TNGGP berada di Cibodas, dan dalam pengelolaannya dibagi menjadi tiga Seksi Konservasi Wilayah (SKW), yaitu SKW I di Selabintana, SKW II di Bogor, dan SKW III di Cianjur, dan 13 resor pengelolaan dengan tugas dan fungsi melindungi dan mengamankan seluruh kawasan TNGGP dalam mewujudkan pelestarian sumber daya alam menuju pemanfaatan yang berkelanjutan.

Sejarah awal konservasi di kawasan ini hanya sedikit diketahui, walaupun hutan dan gunung merupakan bagian dari legenda-legenda di tanah Sunda. Tampaknya ada ja- lur sejarah dari Kota Tua Cianjur sampai Bogor melalui Cipanas. Bagian lereng pegunungan yang rendah, tidak rata dan berteras-teras dulunya digunakan untuk pertanian dengan pergiliran tanaman.

Nah, di tempat inilah keanekaragaman flora dan fauna, seperti “si pohon raksasa” rasamala, “si pemburu serangga” kantong semar, anggrek hutan, serta beberapa jenis tumbuhan yang belum dikenal namanya secara ilmiah ditawarkan. Aneka fauna, seperti kepik raksasa, seratus lebih jenis mamalia, serta 250 lebih jenis burung juga dapat ditemui di tempat ini. Kawasan ini juga merupakan habitat owa Jawa, surili, lutung, dan elang Jawa yang populasinya hampir mendekati punah.

Sebagai kawasan wisata dan rekreasi, saat akhir minggu (Sabtu dan Minggu) dan hari libur, kawasan wisata yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang dideklarasikan oleh Pemerintah Indonesia tahun 1980 ini, akan diramaikan oleh para pengunjung. Sembari menulusuri alam, aneka suvenir, macam-macam sayuran, dan buah-buah segar dengan harga terjangkau dapat dibeli sebagai buah tangan.

Jalur wisatawan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Jalur wisatawan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Menikmati Air Terjun Cikundul dan Air Terjun Cibeureum, serta telaga kecil, sungai yang mengalir deras, dan kekayaan keanekaragaman hayati di hutan pegunungan rendah atau kesunyian dari hutan pegunungan yang rapuh, merupakan “bonus” tambahan bagi para pendaki. Siapa pun yang ingin mendaki ke puncak, akan disuguhi pemandangan menakjubkan dari kawah-kawah semiaktif dengan keperkasaan dinding-dinding kawah, atau menikmati kelembutan dari rerumputan pegunungan.

Kegiatan wisata pendakian yang ditawarkan oleh kawasan yang pengelolaanya merupakan tanggung jawab Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan ini, ditutup pada bulan Januari hingga akhir bulan Maret, serta sepanjang bulan Agustus. Namun, pendakian terbuka bagi siapa saja, asalkan mendapatkan izin dari Kantor Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dengan melakukan konfirmasi sebelumnya. Lama maksimum pendakian adalah dua hari satu malam.

Untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan agar pengalaman saat mendaki memuaskan, maka TNGGP menetapkan sistem kuota, yaitu 600 orang pendaki per hari, melalui tiga pintu masuk dengan pembagian sebagai berikut: Cibodas 300 orang, Gunung Putri 200 orang, dan Selabintana 100 orang. Tiket yang diberlakukan adalah Rp 2.500 per hari per orang untuk wisatawan domestik dan Rp 20.000 per hari per orang untuk wisatawan asing. Biaya masuk sebesar itu sudah termasuk asuransi Rp 2.000 per orang.

Namun, untuk wisatawan asing yang menunjukkan KTP atau kartu izin tinggal sementara (Kitas) dapat memperoleh harga tiket yang sama dengan wisatawan lokal. Sedangkan, persyaratan yang diwajibkan untuk melakukan pendakian adalah menyerahkan fotokopi identitas resmi (paspor/KTP/KITAS/SIM/kartu mahasiswa/pelajar). Bagi yang berumur kurang dari 17 tahun, diwajibkan menyerahkan surat izin dari orangtua yang ditandatangani di atas meterai Rp. 6.000, serta melampirkan fotokopi identitas resmi orangtua yang masih berlaku.

Untuk pendakian satu hari (tanpa berkemah), bawalah jaket hujan, lampu senter, serta makanan dan minuman yang cukup. Jangan lupa pula untuk membawa kantong plastik besar yang dapat dipergunakan, misalnya untuk membawa sampah-sampah Anda kembali. Jika ingin berkemah di kandang badak atau alun-alun, selain barang-barang di atas, persiapkan juga tenda, perlengkapan memasak, kantong tidur, matras, dan pakaian hangat. Tak perlu membawanya dari rumah, sebab pendaki dapat menyewa perlengkapan tersebut di beberapa toko peralatan berkemah di Cibodas.

Saat melakukan pendakian, disarankan untuk menyewa porter (pembawa barang) dan pemandu. Tarif satu orang pemandu untuk pendakian dua hari satu malam adalah Rp. 300.000. Sedangkan untuk porter adalah Rp. 250.000.

Lama pendakian ke Cibodas, Telaga Biru, Air Terjun Cibereum, dan Air Panas, diperlukan waktu enam jam pulang pergi. Untuk pendakian ke puncak Gunung Gede diperlukan waktu sebelas jam pulang pergi. Sedangkan untuk pendakian total, yakni sampai di puncak Gunung Gede dan kembali ke Cibodas, diperlukan waktu dua hari satu malam. Walaupun jalan sedikit curam, nantinya pendaki dapat menikmati istirahat di Alun-alun Suryakencana, lalu turun sedikit ke Gunung Putri. [ISW/N-5 – Suara Pembaruan]