bukit-kolemaBAUBAU – Di masa silam, Bukit Kolema di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), tidak lebih dari tempat angker yang mengerikan. Mengerikan, karena tidak sedikit kecelakaan lalu lintas yang merenggut belasan nyawa terjadi di poros jalan di atas bukit tersebut. Itu sebabnya, masyarakat Baubau menyebut bukit itu dengan istilah tanjakan maut.

Melewati Bukit Kolema dengan ketinggian kurang lebih 200 meter dari bibir pantai dan berjarak sekitar tiga kilometer arah utara Kota Baubau itu, Anda memang harus melewati tanjakan yang berbahaya. Sisi kiri ruas jalan arah dari Baubau terdapat jurang, sedangkan pada sisi kanan terdapat batu kapur atau gunung. Tepat di puncak tanjakan bukit, terdapat tikungan tajam. Sedikit saja Anda lalai mengemudikan kendaraan, mobil bisa terjungkal dan terperosok jatuh ke dalam jurang sampai ke laut.
Tetapi itu dulu, ketika ruas jalan yang menghubungkan Kota Baubau dan Waruruma, Kecamatan Bungi, masih sempit dan berlubang-lubang. Kini, kesan angker dan berbahaya itu sudah berubah menjadi kesan aman dan mempesona. Amirul Tamim, Wali Kota Baubau pertama, yang menyulap bukit tersebut menjadi tempat pelepas lelah. Ruas jalan dibuat menjadi lebar dengan cara memotong gunung kapur di sisi kanan jalan, sementara badan jalan dibikin mulus dengan menggunakan aspal hotmix.
Berada di atas Bukit Kolema pada siang hari, Anda akan merasakan tiupan angin sepoi-sepoi menerpa tubuh. Menghadap ke laut lepas, kita dapat menyaksikan aktivitas kapal-kapal pelayaran yang keluar-masuk Pelabuhan Murhum Baubau. Tampak pula Pulau Makassar, pulau kecil di Teluk Baubau yang elok dipandang mata. Konon, pulau kecil tersebut menjadi tempat berlindung tentara Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan, ketika berperang melawan Kesultanan Buton.
Sementara itu, di malam hari, sambil duduk menikmati kopi manis atau teh botol, atau makan bakso serta aneka makanan ringan yang dijajakan para pedagang, kita akan menyaksikan gemerlapnya lampu-lampu petromaks milik nelayan yang sedang menangkap ikan. Menengok ke bagian darat, memancar sinar terang dari rumah-rumah penduduk kota dan lampu jalan yang menerangi wajah Kota Baubau.
Hanya berjarak beberapa meter dari puncak bukit, terdapat air terjun Wantiro yang cukup fantastis. Warga Kota Baubau menjadikan air terjun tersebut sebagai tempat rekreasi dan mandi-mandi setiap hari. Pada hari libur, tempat tersebut sangat padat pengunjung. Bagi Anda yang hobi makan jagung bakar, mengunjungi kawasan ini akan membuat Anda merasakan kenikmatan tersendiri. Hanya dengan uang Rp 10.000, kita akan menikmati gurihnya jagung bakar yang dijajakan para pedagang.
“Kalau musim jagung, mau makan jagung bakar sepuasnya, datanglah di Bukit Kolema. Di sana kita bisa merasakan sejuknya air yang mengalir dari puncak Bukit Wantiro, tanpa henti,” kata Abdul Hamid, warga Kota Baubau yang biasa menghabiskan hari libur di air terjun Wantiro dan Bukit Kolema.
Menurut Hamid, Bukit Kolema dan air terjun Wantiro baru ramai dikunjungi orang setelah kawasan itu disulap menjadi tempat rekreasi dalam dua tahun terakhir. Sebelumnya, tempat itu tidak lebih dari tempat angker yang menakutkan. “Semenjak kawasan itu jadi tempat rekreasi, terasa rugi kalau hari Minggu Anda tidak berkunjung ke tempat itu, karena memang lokasinya sangat dekat dengan kota, hanya 10 menit,” katanya.

Pantai Nirwana

kolema-01Puas menikmati sejuknya air terjun Wantiro dan angin sepoi-sepoi Bukit Kolema, kita bisa beralih tempat ke Pantai Nirwana, hanya berjarak sembilan kilometer arah selatan Kota Baubau. Pantai berpasir putih itu tidak kalah menarik dengan pantai-pantai lainnya di belahan dunia. Hamparan pasir berwarna putih yang diterjang ombak dan gelombang laut silih berganti menjadi pemandangan yang sangat menakjubkan ketika kita berada di kawasan pantai sepanjang kurang lebih satu kilometer itu.
Menjangkau kawasan pantai tersebut dari Kota Baubau dengan kendaraan roda dua atau roda empat, hanya butuh waktu 20 menit. Berada di Pantai Nirwana menghadap ke laut lepas, mata kita akan terbentur pada tiga pulau kecil (Pulau Siompu, Kadatua, dan Liwutingkidi). Ketiga pulau kecil tersebut masuk wilayah Kabupaten Buton.
Pulau Siompu terkenal dengan produksi jeruk manis yang beraroma khas, Pulau Kadatua dahulu penghasil ternak kambing berdaging lezat, sedangkan Pulau Liwutongkidi dikenal sebagai pulau tanpa penghuni, berpasir putih, dan memiliki terumbu karang yang cukup indah. Pemerintah Kabupaten Buton kini menggenjot kawasan ketiga pulau tersebut sebagai objek wisata selam.
Sementara itu, di sebelah selatan ujung Pantai Nirwana terdapat Gua Moko. Di dasar gua yang berbatasan dengan pinggir pantai itu airnya terasa hambar. Oktober tahun lalu, para penyelam asal Jerman pada kedalaman 30 meter menemukan sejumlah benda antik berupa piring, mangkuk, dan cangkir buatan China di dalam gua tersebut.
“Kita belum meneliti abad berapa benda-benda antik bertulisan China itu dibuat. Namun diperkirakan benda-benda antik tersebut dibuat sekitar abad ke-14 Masehi,” kata Sadarman, Kepala Bagian Infokom Kota Baubau dalam percakapan dengan SH melalui telepon, Minggu (1/2) malam.
Kawasan Pantai Nirwana saat ini sedang dikembangkan menjadi objek wisata selam (diving) di Kota Baubau. Sejumlah penyelam dari mancanegara sudah menyelam di kawasan pantai berpasir putih ini. “Menurut para penyelam, alam bawah laut Pantai Nirwana tidak kalah menakjubkan dengan alam bawah laut daerah lainnya di dunia,” kata Sadarman. [Sinar Harapan]