candi-banyu-niboCANDI BANYU NIBO mempunyai arti “air menetes” yang merupakan peninggalan Budha dari abad IX. Candi ini juga disebut “Si Sebatang Kara Banyu Nibo” karena lokasinya yang terpencil di tengah persawahan dan rumpun pisang terpisah dari kelompok candi-candi yang lain. Candi ini terletak di sebelah selatan Desa Cepit, Kelurahan Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Candi ini ditemukan dalam keadaan runtuh dan mulai diteliti dan digali mulai 1940. Susunan bangunan Candi Banyunibo belum dapat diketahui secara pasti. Dari bagian-bagian yang sudah tampak dapat diketahui bahwa Candi Banyunibo terdiri atas satu candi induk, menghadap ke Barat, dikelilingi oleh 6 (enam) Candi Perwara dalam bentuk stupa-stupa yang disusun berderet di selatan dan timur Candi Induk. Kaki candi yang mempunyai ketinggian 2,5 m itu dibangun di atas lantai batu. Pada sisi Barat kaki candi terdapat tangga masuk. Pada masing-masing sudut kaki candi dan dibagian tengah masing-masing sisi kaki candinya (kecuali sisi sebelah barat), terdapat hiasan berupa “Jaladwara” yang dipasang dilantai atas kaki candi dan berfungsi sebagai saluran air hujan. Pada sisi depan tubuh candi yang berukuran 11 M, terdapat penampil yang berfungsi sebagai pintu bilik candi. Oleh karena ukuran luas tubuh candi lebih kecil dibanding dengan luas kaki candi. Maka tidak seluruh bagian lantai atas kaki candi tertutup oleh tubuh candi. Bagian yang tidak tertutup tubuh candi ini disebut selasar dan berfungsi sebagai lorong untuk mengelilingi candi.

Candi Banyu nibo termasuk bangunan suci Budha yang cukup kaya akan hiasan (ornament). Hampir pada setiap bagian candi diisi oleh bermacam-macam hiasan dan relief, meskipun bagian yang satu dengan yang lain sering ditemukan motif hiasan yang sama. Pada dinding bilik pintu masuk sebelah selatan candi, terdapat relief yang menggambarkan seorang tokoh laki-laki. Relief tokohnya sendiri sudah rusak tinggal bagian tangan kirinya. Disebelah kirinya ada seorang pengiring (pariwara) dalam sikap duduk “ardha paryangka”. Tangan kanan di atas pupu kanan, tangan kiri bersikap seolah-olah melindungi sebuah kantong besar. Dengan melihat ciri ini dapat diperkirakan, bahwa relief tersebut menggambarkan Dewa Kurawa, yang dianggap sebagai dewa kekayaan, tetapi di Indonesia dewa ini lebih dikenal oleh penganut Budha. Di atas bidang relief ini terdapat ornament dalam bentuk “rekalsitran” atau ” selur gelung”. Pada dinding sebelah utara terdapat relief tokoh wanita dalam sikap duduk. Kaki kiri ditekuk ke atas, kaki kanan dalam posisi bersila. Tangan kanan menumpang di pupu, sedang tangan kiri membopong (menimang) anak kecil. Disekelilingnya terdapat anak-anak kecil yang banyak jumlahnya, mengerumuni wanita tersebut. Susunan candi Banyunibo terdiri atas satu candi induk yang menghadap ke barat dan dikelilingi oleh enam candi perwara dalam bentuk stupa-stupa. Stupa-stupa ini disusun berderet di selatan dan timur candi induknya.

Ada beberapa keunikan yang berhubungan dengan bentuk dan susunan candi perwara Banyunibo :

  • Deretan candi-candi perwara hanya terdapat di sebelah timur dan selatan candi induk, sebaliknya di sebelah utara candi induk terdapat tembok batu sepanjang lebih kurang 65 m membujur arah timur barat. Adanya pondasi-pondasi stupa penampil, memberikan gambaran bahwa kaki stupa tersebut tentunya juga berpenampil. Candi Banyunibo termasuk bangunan suci Budha yang cukup kaya akan hiasan. Hampir pada setiap bagian candinya diisi oleh bermacam-macam hiasan dan relief, meskipun antara bagian yang satu dengan yang lain sering ditemukan motif hiasan yang sama.
  • Hiasan pada kaki candi. Dinding kaki candi Banyunibo masing-masing sisi dibagi menjadi beberapa bidang. Bidang tersebut kemudian diisi dengan pahatan berupa hiasan tumbuh-tumbuhan yang keluar dari pot bunga. Pada bidang pipi tangga candi Banyunibo juga diisi dengan hiasan berupa pahatan tokoh-tokoh awam yang belum diketahui identitasnya. Hiasan lain yang dipahatkan pada sayap tangga yaitu hiasan kala-makara.Hiasan yang dipahatkan pada bingkai atas kaki candi berupa hiasan antefix-antefix.
  • Hiasan pada badan candi. Pada candi Banyuibo pintu masuk terletak di sebelah barat. Oleh karena bagian pintu masuk ini dibuat agak menjorok ke depan, maka terbentuklah bilik pintu yang beratap sendiri. Pada dinding candi sebelah selatan bagian bawahnya dihiasi dengan jendela-jendela. Di kanan kiri jendela terdapat pilaster, sedang diatas jendela terdapat relief, arca yang menggambarkan tokoh wanita yang sedang duduk bersila di atas padmasana. Pada dinding candi sebelah utara dihiasi bentuk bangunan yang disangga pilaster dengan hiasan gana diatas pilaster. Dinding sebelah barat terdapat pintu masuk. Disebelah utara pintu masuk terdapat relief arca dalam sikap berdiri.
  • Hiasan pada dinding bilik candi. Pada dinding bilik candi sisi utara, timur dan selatan terdapat hiasan relung-relung dalam bentuk kala-makara. Bentuk relung dapat diketahui dari bingkai relungnya yang berbentuk tapal kuda. Pada bingkai-bingkai relung terdapat hiasan pohon bodhi sebagai latar belakang relung. Di kanan kiri relung terdapat relief yang disusun bertingkat.
  • Hiasan pada atap candi. Tidak banyak hiasan yang dipahatkan pada atap candi Banyunibo. Dari luar nampak bahwa bagian bawah atap candinya berbentuk daun bunga padma. Diatas bentuk padma ini diletakkan punak atap yang berbentuk stupa.