Sejarah Islam di Gorontalo tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia, menjadi pusat penyebaran dan pengembangan agama Islam sejak masa lampau. Lagi-lagi agama yang berakulturasi dengan budaya menjadi sebuah daya tarik kunjungan wisata.

Berawal dari sebuah tradisi perayaan salah satu hari besar Islam. Setiap tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriah masyarakat Muslim di Indonesia mengenal perayaan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW dengan istilah Maulid.

Di Gorontalo Setiap kali acara Maulid Nabi, selalu dirayakan dengan membuat Walima (Kreasi Seni Kue Tradisional) di setiap masjid seluruh Gorontalo, dan diramaikan oleh umat Islam berzikir yang dimulai setelah Isya sampai jam 11 pagi, atau sekitar 15-16 jam.

Ada hal unik pada salah satu desa, sehingga menarik perhatian wisatawan yang datang ke Gorontalo. Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dirayakan dengan membuat dan mengarak Walima secara kolosal ke masjid. Terciptalah Desa Wisata Religius Bubohu, atau lebih dikenal dengan Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, Sulawesi.

Ditetapkan sejak 1997. Diawali dengan penulisan sejarah penyelamatan lingkungan hidup dan penggalian potensi budaya. Sepuluh tahun kemudian, pada 2007, mulailah dilakukan pembangunan fisik penunjang sarana wisata, pendirian PKBM Yotama sebagai pengelola, melaksanakan festival budaya serta mempromosikannya sebagai salah satu tujuan wisata religi yang bernilai tinggi.

Desa yang terletak di Teluk Tomini ini dulunya merupakan wilayah Kerajaan Bubohu, sebuah kerajaan kecil yang berada dibawah pemerintahan raja Gorontalo. Jadi daerah ini merupakan wilayah sejarah, dan kehidupan rakyatnya pun tidak jauh dari cara-cara hidup yang islami. Sehingga alasannya begitu kuat, pemerintah setempat menjadikan kawasan wisata religi di Gorontalo.

Sebagai Desa Wisata Religi, Bubohu telah dilengkapi dengan sarana dan prasana penunjang seperti; Masjid Walima Emas yang terang dan bersinar ketika malam tiba, lengkap dengan sebuah Kalender Islami atau Kalender Hijriah terbesar di dunia. Masjid yang berada di puncak bukit ini berpadu dengan Kolam Miem, sebuah kolam dengan air pegunungan yang alami. Terdapat pula kolam renang santri gratis dengan air mancur tanpa mesin.

Belum cukup dengan itu, alam desa menawarkan pesona Gunung Tidur dan Pantai Dulang yang cocok untuk kegiatan outbound. Cenderamata pun telah dikemas secara profesional, yaitu kue kolombengi khas walima dan sarung putih walima. Dan satu lagi keunikan yang tidak boleh dilewatkan, yaitu Pasar Subuh; Pasar Desa Bubohu yang sistem jual belinya masih mengunakan cara barter.

Sumber: Majalah Travel Club