Nuansa tradisional langsung terasa ketika memasuki Taman Budaya Tionghoa. Dua patung singa dan patung naga menghiasi pelataran depan taman. Gapura berarsitektur Tionghoa Setinggi 11m menjadi gerbang masuk taman seluas 4,5 hektare ini.

Melewati gerbang yang semua material pembuatnya didatangkan dari Negeri Tirai Bambu tersebut, terdapat sebuah lapangan berlantai marmer, bola dunia besar menjadi penghias di ujungnya. Plaza Persaudaraan, begitulah tempat ini bernama, di sisi kanan lapangan terdapat deretan bangku marmer berpayung rimbunnya pepohonan.

Melangkah ke dalam, jalan sedikit menurun, sebuah patung Jendral Guan Yu berdiri tegak di sisi kiri jalan. Tepat di depan patung itu, beberapa bangunan yang masih dalam tahap pengerjaan nampak, rencananya kompleks bangunan tersebut akan difungsikan sebagai kawasan Pecinan (China Town).

Selepas patung jendral tersebut, terdapat jembatan kecil bernama Sampek-Engtay yang menghubungkan dengan sebuah taman berukuran kecil. Gazebo berbentuk persegi enam dan patung Legenda Dewi Bulan menghiasi taman yang dikelilingi danau buatan ini. Dari taman ini, patung Laksamana Ceng-ho terlihat dari kejauhan berikut Gedung Museum Ceng-Ho yang masih dalam penyelesaian.

Taman yang berada dalam kawasan Taman Mini Indonesia Indah ini lokasinya di antara Museum Perangko dan Tempat Pemancingan. Pembangunan taman ini merupakan prakarsa dari H.M. Suharto, mantan Presiden Indonesia untuk memperkenalkan budaya etnis Tionghoa Indonesia kepada masyarakat.

Pengunjung dapat melihat sekaligus menambah wawasan tentang budaya Tionghoa. Sejarah perjalanan etnis Tionghoa masuk dan melebur di Nusantara hingga menjadi bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia pun tersaji.

“Selain budaya, informasi tentang sejarah perjalanan etnis Tionghoa di Indonesia bisa disaksikan. Mungkin banyak generasi muda yang belum tahu bahwa Muhamad Cia, ketua panitia sumpah Pemuda orang Tionghoa, panitia BPUPKI pun ada orang Tionghoanya,” Kata Musiyati Tessa, Kepala Kantor Taman Budaya Tionghoa.

Pembangunan taman ini juga sebagai wujud penghargaan dan pengakuan pemerintah terhadap peran etnis Tionghoa sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia. “Etnis Tionghoa Indonesia adalah bagian dari bangsa Indonesia seperti juga suku-suku lainnya. Mereka hidup, makan dan ikut berjuang untuk Indonesia, nasionalisme mereka juga seratus persen Indonesia,” kata Teguh Prayitno, Humas Taman Budaya Tionghoa.

Hingga saat ini pembangunan Taman Budaya Tionghoa masih terus dalam penyelesaian. Beberapa bangunan masih dalam pengerjaan, kedepan akan dibangun museum Bulutangkis disini.

“Pembangunan taman ini sudah sejak tahun 2006, biayanya merupakan sumbangan dari orang-orang Tionghoa Indonesia, jadi pembangunannya bertahap tidak sekaligus,” kata pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia.

Meskipun belum rampung secara keseluruhan, kenyamanan dan keindahan taman sudah bisa dinikmati. Desain dan suasana taman menjadi daya tarik pengunjung, selain untuk bersantai, banyak juga orang yang memanfaatkan sudut-sudut taman sebagai lokasi pemotretan pre-wedding.

“Bentuk gapuranya cukup menarik, terlihat tradisional, bagus untuk background foto. Kebersihan taman juga terjaga baik,” kata Herdi dan Rizky pengunjung asal Klender yang datang untuk hunting foto.

Pendapat yang sama juga di ungkapkan Mike Agustina, karyawati perusahaan farmasi ini terkesan dengan suasana dan keasrian taman. “Suasananya cukup nyaman dan penataan taman juga unik, saya rasa jika sudah selesai seluruhnya taman ini akan sangat menarik sekali, apalagi disini pengunjung bisa menambah wawasan tentang budaya tradisional Tionghoa. Pepohonan yang rimbun membuat suasana semakin asri, semoga taman ini bisa cepat selesai,” kata gadis yang sore itu datang bersama teman kantornya.

Semoga kehadiran Taman budaya ini bisa semakin membuka wawasan masyarakat tentang orang Tionghoa Indonesia dan memperkaya keragaman budaya yang ada di Indonesia.

Sumber: Majalah Travel Club