Pantai DepokJika ingin menikmati keindahan kawasan pantai di Yogyakarta, ke mana tempat yang akan kita tuju? Pasti sebagian orang akan menyebut Pantai Parangtritis. Tapi sekali waktu cobalah ke Pantai Depok. Di sana, kita akan tahu bahwa lokawisata pantai di Kota Gudeg memang bukan hanya Parangtritis.

Untuk ke sana, dari kota Yogyakarta, jalan yang harus ditempuh masih searah dengan yang ke Parangtritis. Masih sama-sama berada di wilayah Kabupaten Bantul. Hanya ketika sudah sampai di pintu gerbang kawasan wisatanya, jangan terus lurus masuk, tapi ambilah jalan kecil beraspal yang ke kanan. Sekira kurang lebih 1,5 kilometer menyusuri jalanan kampung, sampailah sudah di Pantai Depok.

Mulanya kita akan melihat banyak bangunan los yang memanjang. Itu adalah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) atau pasar ikan bagi masyarakat nelayan di sana. Selain TPI, akan tampak pula tanah lapang yang masih sedikit ditumbuhi tetumbuhan bakau. Itu adalah tempat yang disediakan sebagai area parkir untuk kendaraan para pelancong.

Lalu dimana pantainya? Sabarlah. Dari area parkir hingga melewati bangunan-bangunan los di TPI, laut atau pun pantainya memang belum terlihat, meski sebenarnya deburan ombaknya sudah mulai terdengar. Jika ingin segera menikmati kawasan pantainya, kita masih harus berjalan beberapa puluh meter lagi. Lalu amatilah langkah hingga terasa berat oleh tanah berpasir.

Ya, tengaranya memang tanah pasir. Jika kaki sudah merasakan butiran-butirannya, mata akan segera menangkap pemandangan yang sungguh menyegarkan hati. Hamparan pantai memanjang dengan latar belakang Laut Selatan yang sedemikian luas. Sementara ombak yang silih berganti menepi menghadirkan suara deburan yang indah di telinga.

Itulah pantai Depok. Lokasinya memang berdekatan dengan pantai Parangtritis, tapi Depok tetap saja bukan Parangtritis. Begitu pun eksotika alamnya. Bahkan sangat mungkin kita akan menemui keindahan lain yang tidak ada di Parangtritis. Paling tidak satu hal, betapa Depok masih terasa begitu alami kehidupannya.

Sebaiknya, ketika sudah melewati lokasi TPI Depok, jangan terburu-buru ingin segera sampai di pantai. Tapi luangkan waktu untuk berhenti. Lalu nikmatilah sejenak kehirukan pasar nelayan yang sedang berlangsung. Apalagi jika pas di akhir pekan, hari Minggu, yang aktivitasnya terasa lebih ramai dari hari-hari biasa.

Inilah sensasi pertamanya. Di pasar itu, kita akan bisa menikmati akhir dari perjuangan para nelayan setelah seharian atau semalaman mengarungi laut. Menantang keganasan ombak Laut Selatan mencari ikan demi untuk menghidupi keluarganya.

Lalu lihatlah pada sekelompok perempuan di situ. Sebagian ada yang memadati bangunan los pasar. Berderetan menjajakan aneka hasil tangkapan laut seperti ikan bawal, tengiri, udang, kepiting dan lainnya. Biota laut hasil tangkapan nelayan itu kemudian ditempatkan di atas bangku yang memanjang sepanjang los pasarnya.

’’Ikannya, Bu, ikannya mbak, masih segar, lo. Silakan pilih yang mana,’’ ujar para pedagang ikan segar setiap kali ada rombongan pengunjung (wisatawan) yang melewatinya.

Benar, pengunjung memang menjadi bagian yang melengkapi terjadinya sebuah pasar di TPI Depok. Di luar para tengkulak, kerap kali banyak di antara wisatawan yang tertarik. Lalu setelah memilih-milih ikan yang diinginkan, membelinya.

’’Lumayan segar-segar ikannya. Mungkin karena memang baru diturunkan dari perahu,’’ ujar Dwi Setyaningsih, wisatawan asal Solo.
Sementara sebagian pedagang lain ada yang menjajakan dagangannya dengan cara oprokan. Biasanya pedagang ini menjual ikan dalam bentuk yang sudah matang. Khususnya dibuat penganan serupa rempeyek. Ada rempeyek udang, rempeyek jingking (ikan hitam kecil-kecil) dan juga ikan bawal atau tengiri yang sudah digoreng.

Kalau sudah puas menikmati kehidupan pasarnya, barulah Anda bisa melanjutkan perjalanan pelesir ke area pantai. Tak butuh waktu lama, karena hanya tinggal beberapa langkah dari ujung pasarnya. Dan begitu laut sudah terbuka, sensasi lain dari Pantai Depok akan segera menghampar tersaji di hadapan mata.

Memang, tidak ada delman seperti yang ada di Parangtritis. Tapi justru inilah menariknya. Sebab dengan berjalan kaki, rasanya justru bisa lebih detail menikmati setiap jengkal kawasan wisata pantai yang panjangnya tak lebih dari 2 kilometer tersebut. Sembari mendengarkan deburan ombak yang seperti tak henti memborbardir kawasan tepi pantainya.

’’Saya suka pantai ini karena masih begitu alami. Pemandangan alamnya seperti bisa melepaskan rasa penat. Saya pun jadi selalu ingin datang ke sini di akhir pekan,’’ kata Ambar, pengunjung dari Kota Yogyakarta.

Tapi sebelumnya, jangan lupakan pula hamparan pasirnya. Biasanya anak-anak suka dengan ini. Mereka kemudian membuatnya sebagai mainan untuk dijadikan bentuk-bentuk tertentu, serupa istana, atau apa pun sebagaimana yang ada dalam imajinasinya. Maka jangan heran, jika banyak anak yang betah berlama-lama ketika sudah bermain pasir.

Atau ada juga yang bermain layang-layang. Di pantai yang memiliki embusan angin yang sedemikian kuat tentu bermain layang-layang adalah hal yang mengasyikkan. Apalagi ada banyak pedagang yang menjajakannya. Menariknya, permainan layang-layang ini tidak hanya dilakukan oleh anak-anak tapi juga mereka yang sudah dewasa.

Di sudut yang lain, acap kali terlihat sekumpulan anak-anak muda yang bermain dengan ombak yang sedang menepi. Terkadang ada yang kemudian berani menantang gulungan yang sepertinya memang tidak seganas di Parangtritis. Lumayan memancing adrenalin memang.

Jika sudah demikian, biasanya Tim SAR yang setia memantau keamanan akan segera mengingatkan lewat mikropon agar pengunjung tak terlalu jauh masuk ke laut demi keamanan. Sementara bagi mereka para orang tua, cukuplah duduk memandang laut lepas. Atau kalau tidak ada yang berjalan menyusuri tepian pantai.

Kondisi pantai Depok yang masih banyak menyisakan kealamiahannya memang serasa tak pernah membuat bosan untuk dipandang. Inilah penutup segala sensasi yang ditawarkan dari eksotika Pantai Depok.

Sumber: Suara Merdeka