Ingin berwisata tapi kehabisan tiket? Cobalah jelajahi kawasan Jakarta Kota. Dahulu, kawasan kota ini merupakan pintu gerbang utama masuk ke Jakarta, melalui pelabuhan Sunda Kelapa. Pada pertengahan abad ke-17, pasukan Belanda juga masuk Batavia melalui pelabuhan ini. Pada masa itu selanjutnya Jakarta Kota merupakan ibu kota Batavia dan merupakan pusat penting kegiatan ekonomi dan politik pemerintah Hindia Belanda.

Saat ini, kota tua merupakan tempat peninggalan sejarah di Jakarta yang dapat dijadikan sebagai objek wisata menarik. Banyak gedung atau bangunan tua di sini yang dijadikan cagar budaya nasional dan dilindungi oleh negara karena memiliki nilai historis yang tinggi.

Menuju ke sana sangatlah mudah. Bila dari stasiun, kita akan disambut dengan megahnya Museum Fatahillah yang terletak di Jalan Taman Fatahillah, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi. Gedung ini dulu adalah balai kota yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jenderal saat itu, Johan Van Hoorn. Di sekitar museum, ada Museum Seni Rupa dan Museum Wayang dan beberapa bangunan dengan arsitektur Belanda yang masih berdiri kokoh. Sebut saja antara lain bangunan Standard Chartered Bank, Asuransi Lloyd, PT Samudra Indonesia, dan PT Bhanda. Tak jauh dari deretan itu, tampak Toko Merah yang dibangun pada 1730. Bangunan yang dibuat dari batu bata merah dan bergaya arsitektur Tiongkok itu masih terlihat berdiri kokoh. Toko Merah, atau sekarang lebih dikenal dengan Gedung Merah, didirikan oleh Gustaaf Willem Baron Van Imhoff, seorang Gubernur Jendral VOC yang berkuasa di Batavia pada tahun 1743-1750.

Bila kita berjalan sedikit ke arah utara kota tua, juga ditemukan bangunan cagar budaya bersejarah lain, yakni Pelabuhan Sunda Kelapa, Benteng Sunda Kelapa, Museum Bahari, bekas bengkel kapal VOC atau dikenal juga dengan VOC Shipyard.

Di sekitar cagar budaya itu, salah satu bangunan peninggalan yang unik adalah menara Syahbandar. Menara ini didirikan pada tahun 1839, seluruhnya terbuat dari kayu. Menara setinggi kurang lebih 25 meter itu dulu berfungsi untuk pengatur lalu lintas keluar masuknya kapal laut dari Pelabuhan Sunda Kelapa, selain itu dulu berfungsi sebagai kantor pabean, atau pengumpulan pajak dari barang-barang yang diturunkan di pelabuhan. Lokasi menara ini menempati salah satu bastion (sudut benteng) yang tersisa. Sayangnya bentuk bentengnya kini sudah tidak bisa dikenali lagi. Di atas menara itu kita masih bisa melihat sekitar pelabuhan Sunda Kelapa hingga ke pesisir pantai, seperti yang dijelaskan oleh Leonina, seorang pengunjung yang ditemui setelah naik dari menara itu.

Selanjutnya, dekat hotel Batavia, ada jembatan unik khas Belanda, jembatan Merah namanya. jembatan ini sudah berkali-kali berganti nama. Seusai dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda, jembatan ini dinamai Jembatan Inggris. Alasan penamaan itu karena tidak jauh dari lokasi itu yaitu di dekat Kafe Galangan, dahulu dibangun benteng pertahanan milik Inggris. Nama itu lalu diubah menjadi Jembatan Pusat, disinyalir karena pengelolaannya dipegang pemerintah pusat Hindia Belanda.

Hambali, seorang pemandu dari salah satu museum mengatakan, bahwa jembatan itu juga sempat berganti nama menjadi Jembatan Pasar Ayam, karena di sisi jembatan pada tahun 1900-an sempat ramai dijadikan pasar ayam. Pada tahun 1938 di masa pemerintahan Ratu Juliana, jembatan direnovasi dan namanya diubah menjadi Jembatan Ratu Juliana. Sekarang orang lebih sering menyebut Jembatan Gantung atau Jembatan Merah, karena memang arsitektur kayunya berwarna merah, tambahnya.

Jembatan yang didirikan pada tahun 1628 itu berfungsi untuk menghubungkan antara Kali Besar Barat dan Kali Besar Timur. Di sepanjang kali ini pula berjajar bangunan-bangunan dari abad ke-18, dan kawasan ini merupakan pusat dari benteng Kota Batavia.

Semua bangunan peninggalan sejarah itu adalah sebagian kecil tempat yang dapat didatangi di kota tua Jakarta, karena Dinas Museum dan Pemugaran DKI Jakarta mencatat, saat ini di kawasan kota tua yang memiliki luas 139 hektare itu terdapat bangunan bersejarah milik pemerintah sekitar 15 bangunan. Bangunan yang menjadi cagar budaya sebanyak 117 bangunan berlokasi di Jakarta Utara dan selebihnya di Jakarta Barat.

Santai

Bila kita lelah setelah berkeliling seharian penuh di kawasan wisata kota tua, tidak ada salahnya kita beristirahat sejenak untuk mengumpulkan kembali energi yang terkuras.

Di dalam kawasan kota tua, dapat kita jumpai tempat-tempat santai seperti kafe Batavia. Kafe ini juga tergolong unik, karena berada di dalam gedung yang bergaya kolonial. Sayangnya, kafe ini hanya buka pada malam hari.

Selain itu, ada beberapa tempat lain untuk bersantai sambil makan di sekitar kota tua, sebut saja Kafe Galangan, Restoran Raja Kuring, dan Restoran Superstar yang berada di dalam hotel Batavia.

Kemudian di sepanjang jalan Kalibesar Barat juga banyak warung tenda sederhana yang menyajikan berbagai jenis makanan. Dari menu nasi uduk sampai menu restoran ada di sini. Meitety, salah seorang pengunjung wisata kota tua mengaku lebih suka beristirahat dan makan di daerah ini karena menunya yang beragam dan murah. Selain itu udara panas utara Jakarta seakan-akan tidak terasa lagi karena di sepanjang jalur Kalibesar terdapat banyak pohon rindang, ucapnya. [YRS/N-5]