Sebuah papan kayu jati berukuran besar dengan tulisan berbahasa Belanda tergantung kuat menghadap pintu masuk. Di bawahnya, terdapat deretan loket yang biasa digunakan untuk transaksi keuangan saat itu.

Ya, penjelajahan museum kali ini berpijak di Museum Bank Mandiri. Museum di Jalan Lapangan Stasiun 1, Jakarta Barat ini, tidak pernah sepi dari pengunjung. Wajar saja demikian, karena dalam bangunan empat lantai dengan luas bangunan 21.509 meter persegi tersebut, terdapat puluhan ribu koleksi peninggalan Belanda berkaitan dengan sejarah perbankan di Indonesia yang sangat sayang bila dilewatkan begitu saja oleh masyarakat.

Berdiri kokoh di atas lahan seluas 10.039 meter persegi, museum ini lebih dulu digunakan untuk kantor wilayah Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) atau di zamannya biasa disebut Factorji Batavia, yang diartikan sebagai perusahaan dagang milik Belanda. Gedung hasil rancangan tiga arsitek asal Belanda ini, diantaranya J.J.J. de Bruyn, A.P. Smits dan C. van de Linde, diresmikan pada 14 Januari 1933 oleh Presiden NHM ke-10, C.J. Karel van Aalst.

Penasaran ingin tahu apa saja koleksi yang tersimpan di bangunan gaya art deco klasik itu?

Perjalanan pun dimulai dari sini. Menapaki lantai dasar, pengunjung bisa melihat sebuah ruangan besar. Dinamakan ruang pelayanan nasabah, terdapat loket-loket teller, lengkap dengan perabot pendukungnya, sebut saja kursi-kursi, meja, lemari, serta mesin tik. Seluruh benda tersebut masih asli, sesuai dengan keberadaannya saat itu.

Di sebelah kanan loket, ada ruang kasir Cina. Ruang tersebut tampak beberapa manekin, merupakan representasi orang Tionghoa dan orang Belanda yang seolah-olah sedang bekerja. Di dalam ruang itu, juga tersimpan koleksi peti uang dan rekonstruksi jalannya transaksi antara nasabah dan petugas bank.

Dua buah etalase berisi buku besar atau istilah Belanda groetbook, menjadi perhatian pengunjung. Buku dengan ukuran 67 x 54 x 13 cm, terdiri dari 234 lembar halaman dan berat 28 kg, merupakan kumpulan catatan transaksi dari tahun 1833-1837. Sedangkan buku lainnya berukuran 38,5 x 49 x 17,3 cm dengan 1503 lembar dan berat 20 kg mencatat transaksi dari tahun 1935-1936.

Beranjak ke sudut lain. Sebuah koridor panjang menghubungkan bagian dalam bank dengan loket bagian luar. Belok kiri, maka pengunjung akan menemukan ruang lainnya. Ada ruang yang menyimpan koleksi macam-macam giro, cek, sempoa, mesin tik, kalkulator manual buatan tahun 1940. Dan, berbagai jenis mesin cetak, mesin pembukuan, alat pres, mesin photocopy, printer, hingga mesin ATM.

Tepat di sebelah ruang koleksi giro, ada catatan-catatan berupa arsip, obligasi, buku tabungan dari empat bank yang menggabungkan diri, periode 1959/1960 hingga Juli 1999. Bank tersebut antara lain, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Keempat bank inilah yang akhirnya melahirkan Bank Mandiri.

Naik ke lantai satu. Di sini terdapat ruang rapat besar, tempat para direksi berkumpul untuk melakukan rapat. Lalu, ruang perpustakaan, ruang sejarah pemimpin-pemimpin bank yang pernah menjabat, kemudian ruang model seragam karyawan, ruang perlengkapan keamanan, seperti perlengkapan penjaga keamanan, pemadam kebakaran, dan masih banyak lagi.

Turun, menuju lantai bawah tanah, pengunjung bisa melihat proses pembangunan gedung museum di ruang komponen bangunan, termasuk material-material untuk membangun, mulai dari jenis kayu, batu, hingga alat berat. Tidak ketinggalan, sepeda ontel dan patung orang sedang berjualan makanan tradisional, hingga patahan rel kereta. Sebagai tambahan informasi, tersedia sebuah box yang menampilkan gambar serta suara, menceritakan sejarah perkembangan kota Batavia sejak jaman penjajahan sampai era kemerdekaan.

Masih di sekitar lantai bawah tanah, terdapat ruang khusus, dahulu merupakan tempat penyimpanan uang dan benda berharga, seperti emas batangan. Penataan ruang tidak diubah, bahkan pengunjung bisa menggambarkan suasana kerja karyawan bank hanya dengan melihat manekin-manekin yang ditata sedemikian rupa, sehingga menghasilkan suatu ilustrasi masa lampau pada bagian ini.

Sungguh, tidak salah pilihan bila Anda berkunjung ke Museum Bank Mandiri. Selain seluruh koleksi terpelihara baik, tempat ini menjadi sumber khasanah pengetahuan mengenai perkembangan dunia perbankan.

Jam Buka
Selasa-Minggu: pukul 09.00-16.00
Senin dan hari libur nasional, tutup

Biaya Masuk
Umum: Rp. 2.000
Rombongan minimal 20 orang: Rp. 1.000
Pelajar: gratis
Nasabah, karyawan Bank Mandiri: gratis

Sumber: Majalah Travel Club