Sebelum menjadi museum, tempat ini mempunyai fungsi sebagai stasiun kereta api, dengan nama Stasiun Ambarawa. Terletak di pusat Kota Ambarawa, Jawa Tengah atau sekitar 35 kilometer dari arah Semarang dan 15 kilometer dari Ungaran. Museum tersebut menghadirkan sekelumit kisah sejarah perkeratapian di Indonesia. Kereta api memang moda transportasi paling sering digunakan serta jadi favorit di segala zaman.

Keberadaan stasiun itu tidak terlepas dari pemerintahan kolonial Belanda. Atas dasar pemikiran bahwa Ambarawa adalah kawasan militer Belanda, maka Raja Willem I memerintahkan membangun sebuah stasiun kereta untuk memudahkan pasukannya memasuki Semarang.

Dan, pada 21 Mei 1873, stasiun tersebut resmi berdiri dengan sebutan Stasiun Willem I. Hingga akhirnya, tahun 1964, kereta dan stasiun berhenti beroperasi. Lalu, 8 April 1976, Gubernur Jawa Tengah, saat itu dijabat oleh Supardjo Rustam bersama Kepala PJKA Eksplotasi Soeharso, mengubah Stasiun Willem I menjadi Museum Kereta Api Ambarawa.

Tidak ada perubahan dari museum yang berdiri diatas lahan 127.500 meter persegi ini. Semua masih tampak asli, mulai dari bangunan stasiun, ruang tunggu penumpang, selasar kereta api yang tampak bersih dan rapih.

Tidak ketinggalan, sarana pendukung perkeretaapian, seperti loket peron, kantor kepala stasiun, ada juga berbagai macam peralatan penting digunakan kala itu. Antara lain, alat komunikasi, pesawat telepon, pesawat telegram, mesin hitung, alat pembolong tiket, topi masinis, stempel, mesin ketik, jam kuno, serta beberapa benda antik lainnya.

Koleksi primadona, tidak lain adalah lokomotif-lokomotif tua berwarna hitam. Tersimpan di ruang terbuka, bagian paling depan dari kereta api ini, terlihat bersih dan terawat. Sekitar 21 lokomotif tersimpan baik di sini. Bahkan, empat diantaranya masih bisa beroperasi, sebut saja lokomotif dengan nomor B 2502 dan B 2503.

Bayangkan, kereta bergerigi itu masih kuat menempuh perjalanan dengan kemiringan 30 derajat/ml menuju stasiun Bedono yang berjarak 9 km, membutuhkan waktu satu jam perjalanan dan berkapasitas 80 orang. Kebanyakan, lokomotif tersebut buatan Jerman dan Belanda, di abad ke-19.

Kereta api uap jenis ini sangat unik dan termasuk koleksi langka. Menjadi langka karena lokomotif tersebut merupakan salah satu dari tiga koleksi yang masih tersisa di dunia. Satu ada di Swiss dan India.

Selain itu, pengunjung bisa melihat kepala kereta api berbahan bakar kayu jati lainnya, dari Seri B, C, D, hingga CC, adalah jenis paling besar dengan nama CC 5029, Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik.

Kini, kereta api uap B 2502 dan B 2503 dijadikan kereta wisata. Bila ada pengunjung yang ingin merasakan naik kereta api uap tempo dulu dengan rute Ambarawa-Bedono, melihat aktifitas masyarakat sekitar sambil menikmati semilir angin pegunungan, bisa menyewa kereta tersebut dengan harga lumayan mahal. Karena itu, disarankan, agar pengunjung tidak menyewa per orang, melainkan rombongan.

Bagaimana, tertarik singgah di Museum Kereta Api Ambarawa? Dijamin, Anda tidak rugi menjelajahi obyek wisata sejarah ini, karena selain mendapat pengetahuan sejarah kemunculan kereta api di Indonesia, juga menambah pengalaman baru yakni merasakan sensasi luar biasa menaiki kereta api uap zaman Belanda.

Di mana letak Museum Kereta Api Ambarawa?

Jl. Stasiun Ambarawa No. 1 Ambarawa
Telepon: (0298) 591035

Tiket Masuk
Dewasa : Rp 3.000/orang Anak : Rp 2.000/orang

Bagi yang ingin mencoba Kereta Wisata, terdapat harga khusus, dibuat dalam paket KA Wisata bergerigi Stasiun Ambarawa-Bedono (Pergi-Pulang) Rp 3.250.000 untuk kapasitas 80 orang, dengan jarak 9 km.

Sumber: Majalah Travel Club