Menapaki halaman depan bangunan dengan luas lahan 3.620 meter per segi, seperti melangkah masuk ke dalam rumah sederhana. Namun, siapa sangka, rumah itu adalah museum yang sengaja dipersembahkan untuk mengenang jasa salah seorang pahlawan nasional, Mohammad Hoesni Thamrin.

Museum ini dibangun awal abad ke-20. Sebelum menjadi museum, tempat ini merupakan bekas rumah pemotongan hewan dan tempat penimbunan buah yang datang dari Australia. Kemudian, pada 1929, setelah dibeli M. H. Thamrin, bangunan itu dipakai untuk kegiatan pergerakan nasional sebuah kelompok organisasi yang menamakan dirinya sebagai Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).

Tidak hanya itu, tempat ini pun sering dipakai untuk menyelenggarakan berbagai macam kongres penting. Diantaranya, pernah digunakan sebagai tempat Kongres Partai Nasional Indonesia (KPNI) I dan II, pada. 18 hingga 20 Mei 1929.

Tahun 1930, bangunan tersebut digunakan untuk pementasan sandiwara. Tujuannya tidak lain membangkitkan semangat kepahlawanan para pejuang Indonesia. Dan, masih banyak lagi kongres menuju kemerdekaan kala itu, diadakan di tempat ini.

Di tahun yang sama, untuk pertama kalinya, lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan dalam sebuah orkes, di museum tersebut. Setelah masa kemerdekaan, sekitar tahun 1960-1964, dipergunakan sebagai tempat pendidikan Kepamong-Prajaan. Bahkan, sempat menjadi tempat kuliah untuk mahasiswa Universitas Jakarta (sekarang berganti nama menjadi UNJ) di tahun 1966-1977.

Lalu, benda-benda apa saja yang ada didalam museum ini? Museum ini memiliki dua ruang pamer. Satu ruangan besar untuk memajang benda-benda koleksi, sebut saja blankon, dipan kayu, replika meja keluarga, meja beranda, bale tempat pembaringan terakhir jenazahnya, lemari hias dari marmer, lukisan potret diri dan radio setinggi satu meter.

Sementara, ruang lainnya merupakan perpustakaan, berisikan buku-buku sejarah, naskah-naskah M.H. Thamrin, termasuk teks-teks pidato. Pengunjung bisa melihat koleksi foto pejuang kelahiran 16 Februari 1894 ini, mulai dari masa kecil, hingga akhir hayatnya. Selain itu, pengunjung bisa mengetahui kisah perjuangan pahlawan nasional ini melalui diorama.

M.H. Thamrin dikenal sebagai sosok yang berani membela kebenaran, semangat, tulus, konsisten membela kaum miskin dan sederhana. Maka, pantas bila pemerintah menganugerahi tanda jasa pahlawan dan mengabadikan sejarahnya dalam Museum M.H. Thamrin, yang diresmikan 11 Januari 1986.

Sumber: Majalah Travel Club