museum-tosan-ajiMuseum Tosan Aji yang berada di Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo diresmikan pada tanggal 12 April 1987 oleh Gubernur Propinsi Jawa Tengah H. Ismail. Museum ini merupakan salah satu sarana untuk melestarikan warisan budaya nenek moyang yang terdiri dari keris, pedang, kudi cundrik. Tosan Aji diartikan masyarakat sebagai senjata terbuat dari logam besi yang mempunyai kedudukan terhormat pada pandangan mata masyarakat terutama pada masa lampau. Tema Museum tosan aji “Tosan Aji sebagai bukti kemampuan teknologi bangsa kita”

Merupakan satu-satunya museum yang ada di Kabupaten Purworejo tempatnya sangat strategis karena berada di tengah Jantung Kota Purworejo tepatnya di sebelah selatan alun-alun besar Purworejo. Di museum ini tersimpan berbagai macam keris dan tombak yang berasal dan masa Majapahit hingga sekarang. Selain tombak dan lingga, di museum ini pengunjung juga mendapatkan informasi mengenai jenis keris serta bagaimana keris itu dibuat.

Setiap I Muharam atau I Syuro di tempat ini dilaksanakan jamasan atau pencucian senjata tajam dan pusaka yang dilakukan oleh tetua, dan ini tidak terbatas pada dimanfaatkan oleh masyarakat luas pencinta keris.
Museum Tosan Aji merupakan kebanggaan masyarakat Purworejo. Diharapkan dengan museum ini generasi muda lebih mencintai benda-benda pusaka yang ada di museum. Kolam Renang Artha Tirta Terletak di Kelurahan Baledono Kecamatan Purworejo, tempatnya strategis dan mudah dijangkau. Kolam Renang Artha Tirta adalah kolam renang umum dan satu-satunya di Punworejo. Kolam ini merupakan kolam renang dengan standar Internasional terdiri dan 2 bagian yaitu kolam untukanak-anak dan dewasa, dilengkapi dengan locker persewaan alat-alat seperti pelampung, pakaian renang dan kantin. Di lingkungan kolam renang ada tempat untuk hiburan (dangdut dan pagelaran musik) dan tempat lomba motor cross.

Mengenal Tosan Aji

Tosan Aji adalah sejenis senjata pusaka dari logam yang mendapatkan tempat terhormat terutama di masyarakat Jawa pada masa lampau, jenis Tosan Aji ini terdiri dari: keris, tumbak, pedang, kudi, patrem (menur).

Tosan Aji merupakan salah satu hasil budaya bangsa pada masa perundagian sebagai warisan nenek moyang kita yang menunjukkan satu identitas budaya bangsa sampai masa kini.

Dalam alam pemikiran masyarakat tradisional Tosan Aji dianggap memiliki kekuatan gaib atau kesaktian yang dapat mempengaruhi dalam kehidupan masyarakat tersebut. Seseorang yang dianggap memiliki status sosial yang memadai apabila telah memenuhi seluruh persyaratan-persyaratan sosial kemasyarakatan terutama bagi masyarakat Jawa yaitu: Wisma (rumah), Wanita (isteri), Curiga (tosan aji), Turonggo (kuda), Kukilo (burung).

Alam pemikiran demikian berproses seirama dengan religi kemasyarakatan dan perkembangan jaman.

Untuk memilih dan mengetahui tosan aji yang baik serta bermutu tinggi ada tiga dasar pemilihan:

1. Sepuh, yakni ketuaan umur jaman pembuatan dan bahan-bahan serta campuran logam yang digunakan betul-betul tua atau tidak.

2. Wutuh, keadaan Tosan Aji betul-betul utuh tidak ada cacatnya atau tidak rusak sedikitpun.

3. Tangguh, yakni perkiraan jaman pembuatan empu yang membuat serta keadaan bahan dari ciri-ciri bentuk Tosan Aji seutuhnya.

Tata Penyajian

Tata penyajian pameran tetap Museum Tosan Aji, merupakan penataan yang berdasarkan konsepsional oriented, namun tidak melepaskan pula situasi dan kondisi koleksi yang ada dan telah dikumpulkan. Dalam gagasan dari tata penyajian pameran didasari oleh ciri-ciri khusus kebendaannya dan asal daerah penemuannya, sehingga benda koleksi Tosan Aji tersebut dapat merupakan koleksi yang mewakili jaman serta daerahnya.

Konsepsi atau gagasan penyajian pameran tetap berdasarkan dari beberapa koleksi yang telah dimiliki dan ditambah dengan rencana koleksi berikutnya.

Tema yang diterapkan untuk pameran tetap Museum Tosan Aji: “Tosan Aji Sebagai Bukti Kemampuan Teknologi Bangsa Kita.” Dengan demikian maka disusunlah sistematika penyajian yang dibagi 3 (tiga) ruang:

Ruang pertama disebut sebagai ruang Undagi atau Ruang Teknologi, pada ruang ini disajikan koleksi berupa bahan baku yang digunakan untuk membuat tosan aji, terutama yang ditampilkan pada pameran ini adalah bahan baku untuk membuat pamor, nekel, baja dan bentuk secara urut bahan menjadi wujud keris.

Ruang kedua disebut sebagai Ruang Pamor, Dapur dan Warangka, di ruang ini menyajikan keterangan tentang pamor, dapur warangka. Dari masing-masing jenis tersebut ditampilkan pula beberapa contohnya seperti pamor Blarak Ngirit, Dapur Luk dan Dapur Leres. Demikian pula warangka ditampilkan contoh Warangka Gayaman dan Warangka Ladrangan. Di samping itu juga ditampilkan keterangan tentang Ukir dan beberapa contoh dalam bentuk gambar jenis ukiran tersebut. Di akhir ruangan ini disajikan keterangan tentang Tangguh. Di antara keterangan tersebut diselipkan pula bagan Ricikan (bagian-bagian) wilah keris.

Ruang ketiga disebut juga Ruang Kagungan, untuk ruang ini menyajikan keterangan fungsi dan kegunaan Tosan Aji dalam kehidupan masyarakat. Fungsi Tosan Aji yang paling utama dalam kehidupan masyarakat, dan ditampilkan dalam bentuk keterangan pada panil antara lain: Fungsi Praktis, Fungsi Estetis, Fungsi Religius, Fungsi Sosial, Fungsi Simbolik.

Di akhir tata penyajian pada ruang ini ditampilkan poster yang mengajak pengunjung terutama generasi muda untuk mau meneliti atau mengkaji tentang misteri Tosan Aji.

Teknik Penyajian

Dalam teknik penyajian tata pameran Museum Tosan Aji Jawa Tengah adalah menggunakan sistem:

Pendekatan Intelektual. Teknik pendekatan intelektual ini diterapkan terutama pada Ruang Pertama yakni dalam Ruang Undagi atau Ruang Teknologi. Pada ruang ini banyak dituntut mengenai teknis cara pembuatan tosan aji tersebut, sehingga untuk menguraikan prosesing dari bentuk bahan baku hingga menjadi bentuk yang sempurna harus dapat diurai secara ilmu pengetahuan (intelektual). Sehingga pada ruang ini sedikit banyak yang dapat memahami tata penyajian adalah para terpelajar.

Pendekatan Romantis (evokatif). Penyajian Romantis (evokatif) ini juga diterapkan pada Ruang Pertama yakni Ruang Undagi atau ruang Teknologi, dengan menyajikan bentuk Besalen (bengkel tradisional membuat keris) secara utuh seperti keadaan masih berada di tempat aslinya.

Pendekatan Estetis (keindahan). Tata penyajian pendekatan Estetis (keindahan) ini diterapkan pada keseluruhan penataan Ruang Pameran karena untuk seluruh benda koleksi yang dipamerkan supaya kelihatan menarik maka unsur Estetis penataan harus ada. Dalam hal ini terutama pada penyajian untuk Ruang Kedua, yakni Ruang Pamor, Dapur dan Warangka, namun demikian tidak dapat dihindari juga pada penataan ruang lainnya.

Memang kalau dikaji Museum Tosan Aji ini masih jauh dari sempurna, apalagi yang mengamati para sesepuh dan pakar Tosan Aji. Tetapi perlu diingat sebenarnya sasaran yang paling utama dengan didirikan Museum ini adalah khusus bagi para awam dan terutama generasi muda kita agar mereka dapat sedikit mengetahui tentang Tosan Aji. Sehingga di sini tata pameran yang diterapkan pada museum ini, dititik beratkan untuk penjelasan dasar tentang Tosan Aji dan khususnya keris. Sampai saat ini Museum Tosan Aji masih dalam taraf pengumpulan, perawatan, pelestarian, dan penyajian benda-benda koleksinya.