poci teh cina

Cina memang membuka lebar-lebar pintu wisatanya bagi turis mancanegara. Penerbangan langsung ke negara tersebut juga sudah dilakukan oleh beberapa perusahaan penerbangan Indonesia.

Dengan kemudahan tersebut, keinginan untuk melihat negeri Cina semakin kuat. Beberapa kota seperti Beijing dan Sanghai merupakan kota yang menarik untuk dikunjungi. Penerbangan dengan Cathay Pacific bisa langsung dari Jakarta, walau harus transit sebentar di Hong Kong. Kemudian dilanjutkan penerbangan selama empat jam ke Beijing.

Biasanya dari Hong Kong cuaca dan berbagai hal di Beijing sudah bisa diprediksi. Kalau di Hong Kong cuaca hangat atau dingin, maka yang terjadi di Beijing atau kota lainnya tidak terlalu berbeda.

Oleh kru dikabarkan cuaca di bulan Desember sangat dingin. Suhu antara dua sampai nol derajat Celcius. Di bandara internasional Beijing kami bertemu dengan banyak rombongan turis yang juga bersiap-siap untuk melakukan perjalanan di Beijing. Jepang dan Korea Selatan merupakan negara terbesar yang mengirim turisnya ke Cina.

Dengan bus yang berudara hangat, kami diantar ke sebuah hotel berbintang lima, tempat kami menginap. Perjalanan selama 35 menit menyajikan pemandangan yang menarik. Nampak jalan ra-ya yang luas, bisa lima kali luasnya dari jalan tol di Jakarta. Lalu trotoar yang lebar dan bersih ditambah dengan jalur khusus bagi pengendara sepeda. Kota Beijing yang luasnya 16.800 km persegi ini sudah berusia lebih dari 3.000 tahun seperti raksasa yang bangun dari tidurnya. Gedung-gedung tinggi, mewah, megah dan modern bermunculan. Mobil-mobil mewah juga berseliweran di jalan, bersaing dengan sepeda banyaknya.

FOTO-FOTO:ARIEF SUHARTO-tembok cina

Tembok Besar

Sesuai perjanjian, esoknya kami menuju Great Wall atau Tembok Besar Cina. Ini jalur menuju luar kota. Pemandangan mulai berubah. Gedung dan bangunan tinggi berkurang, mulai terlihat rumah-rumah di pedesaan. Masuk ke daerah Badaling, tempat nantinya kami akan berhenti di salah satu pintu masuk Great Wall, segera terlihat pegunungan dengan tembok yang memanjang bak ular yang tengah meliuk-liuk.

Angin beku musim dingin membuat kami buru-buru jalan menuju gerbang. Tampak berbagai rombongan tengah antre membeli tiket masuk. Dari tempat penjualan tiket saja kami sudah bisa melihat bagian-bagian dari tembok tersebut. Dari tempat masuk, kami mendaki menuju sebuah pos tertinggi. Benar apa kata orang, di sini angin bertiup tak pernah henti. Dingin dan beku, tangan sudah mati rasa. Sehingga sulit untuk memotret atau membawa sebuah barang.

Tembok besar ini dibangun pada masa Kaisar I, Qin Shi Huangdi, untuk mencegah serangan musu sekitar tahun 210 SM. Kemudian pembangunan dilanjutkan oleh beberapa kaisar sampai tahun 1368 Masehi. Tembok berdiri mencapai lima provinsi hingga sampai ke Gurun Gobi. Dalam ukuran panjang mencapai 12.700 li atau sekitar 6.350 km. Tingginya antara 6 sampai 15 meter. Tidak terbayang bagaimana beratnya membangun tembok dengan alat-alat sederhana. Dari beberapa catatan memang tertulis bahwa jatuh ribuan korban saat membangun tembok tersebut. Di antara penduduk China banyak bermunculan legenda yang berkaitan dengan tembok tersebut. Turis yang datang seperti tak ada hentinya. Mereka bergantian mengambil gambar dengan latar belakang tembok besar.

Bila ingin meninggalkan tembok besar jangan lupa mampir ke toko-toko kecil yang menjual cinderamata. Ada yang menjual cap dari batu porselen atau giok. Cap ini bisa bertuliskan nama kita dengan aksara China. Dulu Kaisar menggunakan cap atas namanya untuk memberikan kekuasaan bagi para menteri atau siapa saja yang dipercaya. Rakyat sangat hormat dan tunduk dengan cap Kaisar.

Kaos bertuliskan tentang tembok Cina, lalu batu jade dari yang berkualitas biasa sampai yang kualitas tinggi bisa diperoleh. Lambang-lambang kekayaan seperti kodok uang, pohon uang dan lonceng. Untuk lambang panjang umur, kura-kura dari porselen atau kuningan. Sebaiknya berbelanja cinderamata di tempat ini tawar-menawar harus dilakukan. Harga-harga di tempat ini jauh lebih murah dibandingkan tempat lain.

batu giok

Batu Giok

Siang hari sudah, kami kembali ke bus untuk pindah ke lokasi lain yaitu Ming Tomb di Shisan Ling. Tempat pemakaman para kaisar China. Tercatat 13 kaisar dari 16 kaisar yang dimakamkan di sini. Namun sebelum menuju pemakaman, kami melalui “Jalan Suci” atau The Sacred Way, sebuah jalan batu yang lurus dan panjang. Jalan yang tanamannya dipercaya sudah berusia ratusan tahun, masih tetap dipercaya sebagai jalur suci. Patung panglima perang, penasihat dan berbagai binatang yang dibuat pada masa itu masih terlihat utuh.

Hari berikutnya kami berada di Istana Musim Panas milik kaisar. Jaraknya tidak jauh dari pusat kota, hanya sekitar 50 menit berkendara. Istana ini dipakai oleh kaisar untuk istirahat di musim panas. Sekitar 2.000 orang bekerja untuk melayani. Ada beberapa bangunan istana yang dijadikan sebagai ruang santai dan ruang tidur.

Kaisar sendiri untuk masalah makan dan keperluan sehari-hari dilayani seratus orang. Bangsa Cina sangat percaya pada feng shui, maka pada setiap pintu masuk gerbang selalu terdapat batu besar dan patung. Fungsinya bila ada udara jahat, tidak langsung masuk ke rumah, tapi tertahan dulu oleh batu dan patung.

Di sini bisa belanja batu giok yang kualitasnya lumayan. Sebaiknya jangan terburu-buru membeli. Keliling dulu dan bandingkan harga yang murah serta kualitas barang.

Forbidden City

Sore hari kami habiskan waktu berkunjung ke Temple of Heaven, bangunan yang digunakan untuk berdoa oleh kaisar nampak masih kokoh dan berbentuk hol (hall) besar tanpa tiang penyangga di tengahnya. Ini membuat kami kagum akan cara membangunnya ratusan tahun silam.

Malam kami diberi kesempatan untuk menikmati resto yang terkenal di dunia dengan bebek panggangnya. Hampir semua turis dari seluruh dunia yang pernah datang ke Beijing pasti berusaha untuk mencoba makan di Quanjude Roast Duck Restaurant. Bebek panggang di tempat ini memiliki resep turun-temurun yang dikelola hingga tiga dinasti. Selesai makan lalu kami berangkat menuju gedung opera untuk menyaksikan “Peking Opera”.

Esok pagi udara terasa semakin dingin. Ternyata terjadi hujan salju. Tepi jendela dipenuhi butiran salju. Usai sarapan kami tidak langsung masuk bus tapi menikmati dulu hujan salju.

Sekalipun hujan salju kami tetap menuju lapangan Tiananmen. Di sana kami betul-betul berada di lapangan luas yang seluruhnya memutih karena salju. Di tempat ini pada bulan Oktober 1949, Mao Zedong, pimpinan dari Partai Komunis mengumumkan berdirinya Republik Rakyat Cina. Lalu beberapa tahun kemudian (1989), di tempat ini pula ribuan mahasiswa mengadakan demo dan akhirnya jatuh korban.

Sekarang di sekitar Tiananmen tetap ramai dikunjungi. Ribuan turis dari mancanegara berkumpul sambil mendengarkan penjelasan para pemandunya. Beberapa penjaja buah tangan nampak berkeliaran. Bila ingin melepaskan lelah bisa beristirahat di pinggir taman. Tapi dengan hujan salju, kami bergegas menuju “Forbidden City” dengan berjalan kaki.

Berada di Forbidden City (kompleks istana – Kota Terlarang) yang dibangun tahun 1406. Di pintu masuk utama yang disebut Wumen (gerang meredian) jangan hanya sekadar dilihat. Tapi perhatikan dengan teliti. Konon gerbang ini dibuat dengan perhitungan magnet dan panas bumi yang dipercaya mampu memancarkan kekuatan yang bisa menolak hawa jahat. Untuk menuju bangunan utama terdapat anak tangga batu yang bagian tengahnya diukir. Ketika menuju ke bagian lain, maka akan menjumpai ruangan Taihe Dian, Zhonghe Dian, Baohe Dian dan Jiulongbi atau dinding sembilan naga. Dari istana ke arah utara kami lewati Qianqingmen (gerbang menuju surga) tidak seberapa jauh banyak orang berkumpul dan berdiri di sebuah batu yang berada di tengah-tengah altar. Tempat ini disebut Qianqing Gong (tempat menuju surga), konon dipercaya bila berdiri di tengah batu tersebut dan berdoa, maka doa tersebut akan terkabul.

tentara kaisar

Di istana inilah hingga tahun 1912, Kaisar Puyi yang dikatakan sebagai kaisar terakhir tinggal. Setelah itu sang kaisar keluar dari istana. Oleh pemerintah tempat tersebut dijadikan museum yang selalu dikunjungi ribuan turis setiap hari. Menurut penjelasan pemandu, sang kaisar hidup seperti rakyat biasa.

Batu giok dan musim dingin telah kami jumpai. Berikutnya kami datangi pusat perbelanjaan yang amat terkenal Wangfujing Shopping Street. Ini merupakan jalan yang tertutup bagi mobil, hanya pejalan kaki yang diperbolehkan lewat dan dijadikan sebagai pusat perbelanjaan. Toko-toko pakaian yang menjual jas dan pakaian bermerek banyak diserbu oleh penduduk setempat, ini disebabkan tingkat perekonomian yang bagus membuat daya beli masyarakatnya meningkat. Jangan heran kalau melihat antrean panjang di sebuah toko.

Seperti banyak orang yang tengah berkunjung ke Beijing, selalu ada saja keluarga yang menitip untuk dibelikan obat. Obat-obat tradisional yang dipercaya bisa mengatasi stroke, kanker atau AIDS bisa dibeli di berbagai toko obat di sini. Bukan itu saja, bagi yang kesulitan untuk mendapatkan anak bisa mendapat obat kesuburan.

Nampaknya toko obat di sini sepertinya memang sudah siap dengan kunjungan turis. Terbukti banyak obat-obat tradisionil yang sudah dikemas dengan keterangan dalam bahasa Inggris. Harganya memang jauh berbeda dengan Jakarta. Di sini lebih murah. Penjaga toko obat juga sudah bisa bahasa Inggris biarpun terpatah-patah. Ini semakin membuat orang mudah untuk mendapat penjelasan tentang fungsi obat-obatan tersebut.

Yang lebih menarik lagi, di antara deretan penjual obat, tidak kalah ramainya penjual teh. Bukan cuma sekadar teh untuk diminum dengan merek tertentu. Tapi di sini penjual teh sudah meracik dauh teh dengan berbagai tumbuhan. Ada teh dengan bunga mawar dan chrysant. Lalu ada juga yang dicampur dengan buah-buahan hutan.

Masing-masing campuran memiliki khasiat tersendiri. Ada yang bisa untuk menguatkan gigi, menjaga lambung, mengharumkan nafas, menenangkan pikiran dan mencegah lemak berlebih. Teh yang dibeli ada yang sudah dalam bentuk kemasan. warnanya sangat menarik, karena ada campuran berbagai bunga. Ada juga jenis teh Dewa yang dijualnya dengan cara menimbang pergram.

Batu Giok, teh, obat dan musim dingin sudah ketemu. Masih ada satu lagi yang sangat menggoda yaitu barang-barang elektronik. Masih di pusat perdagangan dijual juga berbagai barang elektronik seperti kulkas, televisi, DVD player, mesin cusi, kamera, tape recorder, sound system dan masih banyak lagi yang dibuat oleh Haier Group, perusahaan elektronik besar di Qingdao, sekitar satu jam penerbangan dari Beijing. Perusahaan ini maju pesat dan berhasil menembus pasar dunia.

Di Eropa, Asia atau di Indonesia, merek Haier ini sudah bisa didapatkan. Tapi tentu saja harganya berbeda dengan di China. Di sini betul-betul murah. Menurut seorang teman, di Indonesia sendiri harga produk ini bisa didapatkan di Mal Arta Graha. Soal harga memang jauh lebih murah dibanding dengan harga buatan Jepang atau Eropa.

Musim dingin di China menjadi begitu asyik karena selain menikmati pemandangan yang luar biasa, mengoleksi berbagai ukiran dari batu giok, lalu menonton televisi buatan Haier dengan ditemani secangkir teh bunga. Wah asyiknya.

ARIEF SUHARTO