sunsetKEGERSANGAN dan ketandusan yang menyergap alam Nusa Penida memang tidak menjanjikan pembangunan sektor pertanian yang gemerlap bagi penduduknya. Namun di balik segala keminusan itu, Nusa Penida sesungguhnya harus bersyukur karena Tuhan masih bermurah hati menganugerahi pantai-pantai berpasir putih nan eksotis. Kendati masih kalah pamor dengan “saudara-saudaranya” di Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan, eksotisme sejumlah pantai di Nusa Penida sebenarnya sangat layak dijajakan kepada wisatawan mancanegara maupun domestik yang menggandrungi atraksi wisata bahari. Selain lingkungannya yang masih bebas polusi, terumbu karang yang merupakan habitat beraneka jenis ikan hias juga masih terjaga dengan baik. Salah satu pantai di Nusa Penida yang sangat potensial dipoles menjadi objek wisata bahari andalan Klungkung di masa depan adalah pantai Atuh yang berlokasi di Desa Pejukutan, Nusa Penida. Sayang, keterbatasan sarana prasarana akomodasi dan penunjang kepariwisataan lainnya di Nusa Penida memaksa sang dara cantik ini seolah masih tertidur pulas dan terbebas dari ingar-bingar aktivitas pariwisata. Padahal, dengan sedikit saja pulasan “gincu” pariwisata, pantai yang berhadapan muka dengan Pulau Lombok bagian barat ini dipastikan tidak bakal kalah saing dengan objek-objek wisata fenomenal lainnya di Bali, seperti Tanah Lot, Kuta, Sanur serta kawasan pantai Lovina dan Candidasa.

Pantai Atuh berada di wawengkon Desa Pejukutan yang di bagian timur Nusa Penida. Kawasan pantai berpasir putih ini dipagari tebing-tebing terjal di bagian utara dan barat serta Samudera Indonesia di bagian timurnya. Jarak pantai Atuh dengan Desa Sampalan ibu kota Kecamatan Nusa Penida sekitar 13 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Akses transportasi dari kota kecamatan ke pantai Atuh berupa jalan desa selebar 3-4 meter yang kualitasnya kurang memadai. Beberapa ruas jalan masih rusak dan berlubang.

Namun, menurut penuturan Kepala Bappeda Klungkung Ir. Ketut Janapria, M.T., saat ini Pemkab Klungkung sudah merencanakan pengaspalan jalan akses dari Banjar Karang menuju pantai Atuh yang panjangnya sekitar dua kilometer. Sementara angkutan umum yang melayani jalur ini sudah tersedia, tetapi jumlah armada dan frekuensi lalu lintas angkutan umum sangat terbatas. Bahkan, boleh dikatakan tidak pasti. Biasanya, angkutan umum yang melayani jalur ini beroperasi hingga pukul 12.00. Bagi wisatawan yang ingin berlama-lama menikmati keindahan pantai Atuh diharapkan mengendarai kendaraan pribadi maupun menyewa kendaraan umum. “Fasilitas transportasi di sini memang masih serba terbatas. Fasilitas penunjang kepariwisataan lainnya seperti restoran, home stay dan kios suvenir juga masih nol besar,” kata I Wayan Sadra, krama asli Nusa Penida yang menemani Bali Post menikmati keindahan panorama pantai Atuh.

Tebing Terjal

Sebagai sebuah aset wisata bahari potensial, pantai Atuh boleh dibilang komplit. Wisatawan yang singgah ke sini tidak hanya disuguhi pesona alam bawah laut dengan terumbu karang dan kecipak ikan hias beraneka warna, juga panorama alam nan eksotis. Tebing-tebing terjal yang memagari pantai ini pun menjanjikan daya pesona yang tidak kalah memabukkan. Bila mau meluangkan waktu untuk berdiri di atas ketinggian tebing ini, maka di depan mata kita akan terhampar luas lekuk-lekuk “tubuh” Nusa Penida bagian timur dengan panorama lautnya yang menawan.

Di antara kebeningan air laut itu, menyeruak gugusan pulau-pulau karang beraneka bentuk dan ukuran. Warnanya yang coklat kusam berpadu harmonis dengan air laut yang biru. Sementara di kejauhan, bagian barat Pulau Lombok juga terekam indah. Keindahan panorama ini terasa makin sempurna dengan adanya vegetasi pohon kelapa yang tertata rapi di sepanjang bibir pantai. “Momen yang paling tepat untuk menikmati keindahan pantai Atuh adalah saat malam hari. Dari sini, kita bisa menikmati kerlap-kerlip lampu dari rumah-rumah penduduk di Lombok Barat. Sementara pagi harinya, kita bisa menikmati matahari yang terbit di ufuk timur. Sungguh romantis,” kata Sadra yang juga staf Humas di Pemkab Klungkung.