Di akhir 2010, Gunung Bromo menjadi perhatian banyak orang, maklum, gunung yang berada dalam komplek pegunungan Tengger ini kembali menunjukkan aktivitasnya. Namun ternyata “batu-batuk” Bromo tak menghilangkan pesona alamnya yang penuh pikat.

Gunung Bromo merupakan satu dari sekian banyak gunung berapi yang masih aktif di Indonesia. Gunung ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger. Tak sedikit keunikan yang dimilikinya. Tak heran Bromo selalu menjadi daya tarik yang tak berkesudahan bagi para pelancong.

Salah satu keunikannya, sebagai satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia berupa laut pasir seluas 5.250 hektare, dengan berada pada ketinggian sekitar 2.100 meter di atas permukaan laut.

Hampir setiap saat, Bromo tetap mampu menunjukkan kecantikannya. Ini pulalah yang mampu membuat orang tetap tertarik untuk datang kembali mengunjunginya. Tak heran, kawasan ini kemudian menjadi salah satu ikon pariwisata di Provinsi Jawa Timur.

Atraksi paling menarik dan tak boleh dilewatkan bagi wisatawan yang berkunjung adalah menikmati proses terbitnya matahari. Pada saat itulah Bromo seolah menunjukkan paras ayu sesungguhnya, dan mampu menghipnotis setiap penatapnya sehingga kekaguman memuncak di sana.

Gumpalan awan menutup langit fajar, seolah sebuah tirai yang menyelimuti bola lampu pijar nun dikejauhan. Seiring terus merambatnya sang awan, cahaya merah perlahan muncul menampakkan wujudnya sampai akhirnya membentuk setengah lingkaran dengan warna menyala. Detik demi detik kilauan kemerahan berganti menjadi keemasan.

Pagi pun melepas senyumnya menyapa setiap mata yang menatapnya. Kamera wisatawan yang menyaksikan seakan tak pernah puas di jepretkan untuk mengabadikan keindahan yang tertangkap mata manusia dan mata lensa.

Wajah cantik kawasan Bromo juga telah menarik hati banyak sineas yang memanfaatkannya sebagai lokasi pengambilan gambar. Film Pasir Berbisik misalnya menggunakan lokasi di hamparan pasir Gunung Bromo, bahkan area itu dikenal dengan daerah Pasir Berbisik hingga kini.

Selain itu, belakangan ini beberapa Film Televisi (FTV) juga mengambil tempat dan mengangkat cerita dengan background masyarakat sekitar Bromo yang khas.

Suku Tengger nan Eksotis

Disamping pemandangan alamnya memikat mata, Gunung Bromo pun menyimpan daya tarik lain yang tak kalah luar biasa. Keberadaan suku Tengger misalnya.

Suku ini hidup dan menetap di beberapa daerah sekitar komplek pegunungan Tengger. Mayoritas dari suku Tengger menganut agama Hindu. Namun kepercayaan Suku Tengger berbeda dengan yang dianut oleh warga Bali. Mayoritas warga Bali memeluk agama Hindu Dharma, sedangkan Suku Tengger menganut Hindu Mahayana.

Menurut hikayat, pada zaman dahulu ketika agama Islam masuk ke Indonesia, terjadi perselisihan antar kerajaan di Pulau Jawa. Majapahit yang merupakan penganut Hindu-Buddha merasa terdesak kemudian berpencar untuk melarikan diri. Sebagian ke Bali, sebagian lagi ke arah Bromo dan Semeru.

Pasangan Roro Anteng dan Joko Seger adalah dua orang Majapahit yang ikut lari ke Bromo. Mereka menjadi pemimpin di daerah tersebut dan menamai dirinya sebagai Tengger yang merupakan gabungan dari nama Roro Anteng dan Joko Seger. Sampai sekarang, ada kepercayaan bahwa suku Tengger merupakan keturunan dari kedua penguasa Bromo tersebut.

Sama seperti suku-suku lain di Indonesia, kaum Tengger pun memiliki ciri khas unik, cara berpakaian misalnya, mereka kenakan sebagai bentuk adaptasi dengan keadaan sekitar.

Umumnya mereka mengenakan pakaian biasa berlengan panjang dan celana dengan ciri khas kain sarung yang selalu melekat di tubuh mereka. Sarung itu kerap dijadikan pengganti jaket untuk menghangatkan tubuh. Selain itu mereka pun mengenakan topi atau kupluk sebagai pelindung kepala dan telinga dari udara dingin. Ini seperti kebanyakan masyarakat lainnya yang mendiami daerah pegunungan yang berhawa dingin.

Ciri khas lain adalah bahasa sehari-hari, mereka memakai bahasa Jawa kuno dengan dialek khas Tengger yang juga diyakini sebagai bahasa dan dialek asli Majapahit.

Mata pencaharian suku Tengger pada umumnya adalah bertani dan berternak. Lahan sekitar gunung merupakan lahan yang subur dan sangat bagus untuk ditanami sayuran.

Pekerjaan lain yang juga digeluti warga Tengger adalah sebagai pemandu wisata. Bila Anda berkunjung ke Gunung Bromo, akan sangat mudah menemukan orang-orang dari suku Tengger yang selalu ditemani kuda dan siap mengantar para wisatawan ke daerah Bromo, bahkan menuju lereng dan bibir kawah Bromo sekalipun.

Sumber: Majalah Travel Club