Berwisata minat khusus menelusuri goa. Petualangan spektakuler di perut bumi Pacitan merupakan sebuah anugerah. Menggantung seorang diri pada seutas tali.

Memperhatikan sekeliling yang penuh misteri. Luweng Ombo menganga begitu lebar pada bukit kerontang Desa Klepu, kabupaten Donorojo, Pacitan, Jawa Timur. Diameter mulut goa ini lebih dari 50 meter, tampak sunyi, sayup-sayup angin berdesing seiring gerak pacu adrenalin menuruni sumur raksasa. Sungguh mendebarkan.

Mencapai kedalaman goa 107 meter di bawah permukaan bumi, ketegangan sedikit mereda seraya melepaskan segala bahaya di tantangan pertama. Sebenarnya kondisi ini sudah diperhitungkan jauh hari sebelum kami melakukan penelusuran Goa Luweng Ombo. Tapi di lapangan tentu berbeda dari perkiraan. Alam tidak dapat di prediksi seratus persen. Tapi justru disitulah kenikmatan berwisata petualangan.

Cave tourism, atau wisata minat khusus penelusuran goa sungguh kegiatan yang mengasikan dan unik, kendati tidak semua orang bisa melakukannya. Kebanyakan orang takut memasuki goa karena kegelapan abadi dan resiko yang tinggi di dalamnya, belum lagi harus belajar menguasai peralatan dan mematuhi prosedur keamanan yang memakan waktu berbulan-bulan. Namun, tidak sedikit juga orang yang menjadikan goa sebagai tempat wisata.

Untuk bisa menelusuri goa-goa alam dengan kesulitan tinggi, tentunya diperlukan ketrampilan khusus, serta wajib mempersiapkan mental dan fisik sebelum kegiatan berlangsung. Khususnya untuk goa-goa vertikal dengan kedalaman tertentu, peralatan penunjang seperti tali, carabiner, descender, ascender dan sebagainya wajib menyertai dalam setiap penelusuran.

Pada wisata petualangan, goa seperti halnya gunung, pantai, dan objek wisata lainnya. Ada lansekap yang indah di dalamnya. Bagi para penelusur (caver) ornamen batuan yang terbentuk selama ribuan tahun merupakan pemandangan yang sangat menakjubkan. Dibutuhkan persiapan yang matang untuk menyaksikan keindahan alam di dasar bumi ini. Terlebih Goa Luweng Ombo, berhari-hari waktu penelusuran seolah belum cukup untuk menjelajahi lorong-lorongnya. Sementara fisik dan perbekalan tidak sanggup menandingi kemegahan bawah tanah Pacitan ini.

Menurut catatan tim-tim ekspedisi dan para petualang sebelumnya, belum pernah ada tim manapun yang berhasil menelusuri goa ini secara keseluruhan. Pada 1981, almarhum Norman Edwin menjadi orang pertama menembus Luweng Ombo. Cahaya yang dibawanya, menerangi hampir semua lorong goa ini. Namun, sampai sekarang Luweng Ombo seolah tak berujung. Tidak terkecuali bagi wisatawan luar negri atau caver asing yang jam terbang penelusurannya jauh di atas caver-caver lokal.

Inilah kemegahan perut bumi Pacitan. Daerah tempat kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini memang terkenal akan wisata goanya. Sehingga Pacitan mendapatjulukan kota 1001 goa. Menurut peneliti dan pemerhati lingkungan kars, Hanang Samodra, sistem pergoaan terpanjang dan terdalam di Pulau Jawa teridentifikasi di daerah Pacitan. Luweng Ombo tercatat sebagai goa tegak paling dalam. Kedalamannya mencapai 125 meter, sedangkan panjang total sistem lorong luweng diperkirakan lebih dari 25 kilometer meski belum ada penelusur yang berhasil memetakan seluruh lorongnya.

Berbeda dengan Luweng Ombo, goa terbesar lainnya di bumi Pacitan adalah Luweng Jaran. Pintu goa hanya berupa lubang (luweng), yang seolah tanpa dasar, hanya terbuka selebar 3×5 meter. Lokasi persisnya berada di perbukitan Desa Jlumbang, 20 km dari Kota Pacitan, ke arah Barat. Sayangnya, goa yang sangat menantang ini justru diperawani bukan oleh penjelajah negeri sendiri, tapi tim ekspedisi dari Australia, sekitar 1987.

Terungkaplah hal yang menakjubkan: panjang goa itu mencapai 30 km. Untuk turun ke dalamnya tidak sedalam Luweng Ombo. Dari mulut hingga ke dasar goa hanya sepanjang 35 meter. Para penelusur akan disuguhi ruang (camber) seluas 3 hektare, dengan hunian gemericik air dan kilau batu stalaktit dan stalakmit.

Jika angin berhenti berembus, suara titik air itu terkesan begitu ritmis, seolah memancarkan tenaga magis yang memancing tangis. Keindahan yang mengiris kalbu. Kagum, tegang, takut, dan segala emosi yang mengerdilkan seolah menjadi satu. Mengagungkan kemegahan ciptaan-Nya.

Di antara luas camber itu bertebaran lorong-lorong kecil yang belum terjamah, sempit, licin, lembab, dan basah. Pada bagian tengah camber tetesan air tertahan, dan mengumpul menjadi semacam telaga kecil, bening sehingga dasarnya terlihat jelas. Kami meminumnya langsung dengan telapak tangan, airnya tidak terlalu dingin dan tidak hangat, iniah sumber mata air alami yang seutuhnya masih terjaga.

Menurut kabar, tim ekspedisi Australia itu pernah menelusuri lorong utama, dan berjalan terus ke arah Barat, lalu, mereka menarik garis lurus berdasarkan jarak tempuh, goa itu terus memanjang, berada di bawah kota kecamatan Donorojo, hampir berbatasan dengan Jawa Tengah. Luar biasa, bukan?

Masih banyak luweng-luweng lainnya di Pacitan yang menunggu untuk ditelusuri. Pemda setempat telah menjadikan goa sebagai komoditi utama jualan pariwisata mereka.

Bagi Anda yang ingin mencoba kegiatan minat khusus ini, dan Anda pemula, mulailah dari goa-goa yang medannya relatif mudah. Asah ketrampilan penelusuran dan perbanyak jam terbang sebelum memasuki lorong-lorong asing yang penuh tantangan di Luweng Ombo dan Luweng Jaran. Ini merupakan kegiatan wisata yang relatif “mahal”, karena nyawa bisa jadi taruhannya jika tak bersiap lebih baik.

Gong dan Tabuhan

Sebagai kota geowisata goa, Pacitan juga telah mengelola goa-goa yang bisa ditelusuri oleh semua kalangan, termasuk keluarga. Diantaranya yang terkenal dan menjadi kunjungan utama para wisatawan dari berbagai daerah dan mancanegara adalah Goa Tabuhan dan Goa Gong.

Kedua goa ini merupakan goa horizontal sehingga medannya tidak terlalu berat. Apalagi pemerintah setempat telah melengkapi anak tangga untuk lebih memudahkan wisatawan menikmati ornamen goa dan kelembabannya.

Goa Gong dengan panjang lorong sekitar 256 meter ini merupakan goa yang memiliki ornamen terindah di Asia Tenggara. Batuannya mengandung material yang berkerlap-kerlip jika terkena cahaya sehingga begitu menarik. Penamaan Goa Gong karena sering terdengar bunyi-bunyian menyerupai suara gong yang ditabuh.

Untuk menuju goa yang terletak di Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur ini sudah merupakan petualangan tersendiri bagi wisatawan. Meski menggunakan kendaraan, medannya cukup menantang.

Goa ini memiliki lima sendang dan beberapa ruangan. Salah satu ruangan yang agak besar pernah menjadi tempat konser empat negara antara lain; Indonesia, Swiss, Inggris, dan Perancis dalam rangka promosi keunikan goa ini.

Sementara untuk Goa Tabuhan yang terletak di Dukuh Tabuhan, Desa Wareng, Kecamatan Punung kawasan perbukitan gamping gunung seribu, panjang lorongnya mencapai 300 meter. Untuk menuju goa ini tidak terlalu sulit, sangat mudah di jangkau dari Kota Pacitan.

Namun, kebanyakan wisatawan yang datang lebih memilih menginap di Yogyakarta. Selain jarak Yogya-Pacitan berdekatan, banyak destinasi lain dan penginapan untuk wisatawan di Kota Pelajar ini. Dan biasanya Pacitan hanya menjadi tujuan kedua liburan setelah Yogya.

Sebelum menjadi Goa Tabuhan, semula goa ini bernama Tapan yang berarti tempat bertapa para pengawal Pangeran Diponegoro, sekaligus menjadi tempat persembunyian mereka dari kejaran kolonial Belanda. Namanya berganti menjadi Tabuhan karena ornamen stalagmit dan stalagtitnya dapat mengeluarkan bunyi-bunyian ritmis dengan nada pentatonik, seperti halnya gamelan jika ditabuh (dipukul). Hal inilah yang menjadi keistimewaan goa.

Jika beruntung ada acara atau pagelaran, wisatawan dapat menikmati suguhan musik gamelan di dalam goa lengkap dengan sindennya. Banyak hal menarik yang dapat kita temukan dengan berwisata di goa. Dari mulai kebutuhan penelitian, olahraga ekstrim, belajar sejarah, sampai cerita rakyat dan kemanusiaan. Asalkan goa-goa tersebut dikelola dengan baik dan benar tanpa mengabaikan kelestarian alam.

Sumber: Majalah Travel Club