Taman Safari 3 di Desa Serongga, Gianyar, Bali rencanaya akan diresmikan Juni 2007 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Di Zona Afrika, banyak terlihat pernak-pernik dekorasi yang menggambarkan suasana ceria.

Siang itu Desa Serongga, Kelot, Kabupaten Gianyar, Bali, cerah dan terik sekali. Rasanya enggan keluar dari ruangan yang ber-AC. Namun, Willem Manansang (34), sebagai penanggung jawab proyek Taman Safari Indonesia (TSI) 3, mengajak berkeliling ke seputar desa yang sekitar 36 hektare luasnya bakal dijadikan TSI.

Dari jauh sudah terlihat para pekerja yang sibuk bekerja menggarap pengerjaan TSI 3. Patung-patung kayu berbentuk pasangan manusia menyambut tamu di zona Afrika. Berbagai pernak-pernik untuk habitat satwa sudah lengkap. Sebagian satwa herbifora seperti rusa, zebra, nilgai didatangkan dari TSI 1 Cisarua Jawa Barat dan TS2 Prigen Jawa Timur. Desain habitat satwa hampir sama dengan zona Afrika di Cisarua. Jalanan pun dibuat berkelok-kelok.

Sekitar 200 pekerja termasuk tenaga ahli, berasal dari desa setempat namun ada beberapa yang didatangkan dari Jakarta. Untuk urusan teknis binatang didatangkan dari Cisarua, sedangkan untuk seni ukir kayu menggunakan seniman Bali. Semua bekerja keras. Bulan Maret ini, kerja mereka baru rampung 90 persen. Targetnya, bulan Juni 2007 nanti, bila tak ada aral melintang, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan meresmikan Taman Safari Indonesia (TSI) 3 di Gianyar, Bali itu.

Menuju ke lokasi TSI 3, bila dari Pantai Kuta menuju Gianyar, memakan waktu sekitar satu setengah jam. Selama perjalanan tak banyak yang bisa dinikmati kecuali melewati Pasar Sukawati yang terkenal sangat murah atau mampir di Ubud. Bahkan, lokasi TSI 3 yang tepatnya berada di Jalan Prof Ida Bagus Mantra, Ketewel, ini pun belum terlalu popular. Wartawan yang tinggal di Denpasar pun sempat nyasar.

Willem, yakin sekali TSI 3 akan mampu merebut hati rakyat Indonesia bagian Tengah dan Timur serta para wisatawan, baik domestik maupun asing yang berkunjung ke Bali. Upaya membangun TSI 3 ini sudah dirintis sejak tahun 2003 yang diawali mencari lokasi yang tepat dan, akhirnya mendapat rekomendasi dari Bupati Gianyar Agung Brata, yakni sebuah areal bekas persawahan atau tegalan yang tingginya 28 meter di atas permukaan laut. “Kami berharap TSI Gianyar mendukung kembalinya booming pariwisata Bali. Juga, memberi kesempatan masyarakat Bali dan Indonesia Timur untuk belajar lebih banyak tentang flora dan fauna, serta membuka lapangan kerja baru. Orang asing yang di Bali pun menjadi punya banyak pilihan tempat wisata”, kata Willem.

Berbagai satwa mamalia, herbivora, dan carnivora, mamalia dan reptilia akan menghiasi Taman Safari 3 Gianyar, Bali. Di antaranya, ada gajah, harimau dan zebra.

Beton cor disulap jadi pepohonan tempat satwa bercengkerama. [Foto-foto: Bernandus Sendouw]

Tari

Tentang beberapa bangunan yang berdesain Bali. Nantinya, setiap hari akan digelar pertunjukan tari tradisional dan tari kontemporer di gedung teater yang modern dengan menggunakan berbagai peralatan mutakhir. Pihak TSI akan kerja sama dengan koreografer Made Sidia. “Pertunjukan ini akan spektakuler dan baru pertama dan satu-satunya di Indonesia”, kata Willem.

Dia tak menampik, gagasan ini terinspirasi dari pertunjukan teater kolosal Fanta Sea yang ada di Phuket, Thailand Selatan. Penulis yang sempat dua kali berkunjung ke sana, mengakui untuk urusan pertunjukan seni tradisional-kontemporer, kolosal-spektakuler, negeri gajah putih itu memang pantas diacungi dua jempol. Setiap hari, ribuan wisatawan dari berbagai mancanegara dipuaskan dengan hiburan seni panggung yang mengkolaborasikan tari, nyanyi, lawak, atraksi binatang, dan sirkus sekaligus. Sebelumnya, semua pengunjung makan malam ala buffet dengan hidangan puluhan macam makanan dari mancanegara dan sesudah itu, boleh menikmati rekreasi di seluruh areal Fanta Sea.

“Tidak persis seperti di Phuket. Tapi kami berupaya mengkombinasikan budaya Bali yang terkenal itu dengan satwa-satwa Indonesia, dan membuat satu wahana khusus. Bila di TSI 1 dan TSI 2 tidak ada Sea World maka di sini ada Aquarium Ocean Park yang luasnya sekitar 2 hektare, seperti Sea World kecil,” tambah Willem.

TSI Gianyar nantinya akan menampilkan koleksi satwa sekitar 100 spesies (mamalia, burung, reptil, dan ikan) di areal kebun binatang, lengkap dengan fasilitas rumah sakit hewan dan konservasi. Satwa akan didatangkan dari Cisarua maupun Prigen, termasuk dari Afrika. Juga ada sarana rekreasi Children Zone, Water Park, dan penginapan bergaya African Bungalouw. Dari sini, pengunjung bisa menikmati berbagai view seperti laut, padi (sawah), dan Nusa Penida. “Tentu, ini kami bangun bertahap yang prosesnya antara dua-tiga tahun”, kata alumni University Of California, Santa Barbara, USA itu lagi.

Rumah-rumahan juga dibuat untuk tempat berlindung satwa

Taman Safari Indonesia dikenal sebagai tempat wisata ke- luarga yang berwawasan lingkungan dan berorientasi habitat satwa pada alam bebas. Sebagai lembaga Konservasi Ex-Situ dan obyek wisata nasional TSI terus berupaya memenuhi standar internasional sebagai lembaga konservasi atau Wildlife Reserve Park dengan multifungsi seperti pendidikan, penelitian, penangkaran di luar habitat (Ex-situ), In-situ Link Conservation, sekaligus rekreasi. Taman Safari memiliki koleksi satwa dari hampir seluruh penjuru dunia dan juga satwa lokal, seperti Komodo, Bison, Beruang Hitam Madu, Harimau Putih, Gajah, Anoa dan lain sebagainya.

Willem yakin, dengan kerja keras dan kerja sama dengan berbagai pihak, maka TSI 3 di Gianyar, sebagai “kembaran” TSI 1 Cisarua dan TSI 2 Prigen, akan eksis dan maju dalam bidang konservasi dan pariwisata Indonesia. Salah satu warga Denpasar, Made (42), tak sabar menunggu dibukanya TSI baru itu. “Kata orang, kalau ke kebun binatang, satwanya yang dikurung tapi kalau ke Taman Safari orangnya yang dikurung di mobil. Saya penasaran.”, ujarnya.[Pembaruan/Rina Ginting]