Pengunjung mengamati patung Bunda Maria saat persalinannya di kandang domba. [foto-foto: Pembaruan/Arnold H Sianturi]

Patung Abraham ketika akan mengurbankan anaknya sebagai bentuk persembahan kepada Allah.

Ketika kerinduan datang, mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa dengan cara menyatu dengan alam ciptaan-Nya, memang jadi pilihan. Cara itu antara lain bisa dilakukan di atas lahan sekitar 13 hektare yang di atasnya berdiri megah bangunan-bangunan sebagai tempat ibadah, baik itu gereja, masjid, vihara dan kuil. Lokasi dimaksud sekitar 152 kilometer dari Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut) atau jarak tempuh sekitar tiga jam bila mengendarai mobil. Persisnya mencapai 10 km dari Kota Sidikalang. Kawasan itu sangat tenang, berada di atas Bukit Sitinjo, Kabupaten Dairi.

Tempat dimaksud juga menyediakan fasilitas selain lima rumah ibadah, ada penginapan sekitar 20 kamar, auditorium dan restoran. Juga wisata sungai, jogging track, dan gua Bunda Maria sebagai tempat berdoa.

Untuk pengunjung wisata yang memasuki lokasi itu dikenakan biaya sebesar Rp 2.000 per orang, tidak termasuk anak-anak. Jalan menuju lokasi itu tidak sulit, dan dapat dilalui kendaraan roda dua maupun empat. Lokasi parkir pun disediakan.

Dairi merupakan salah satu kabupaten di Sumut yang memiliki luas wilayah sekitar 230.000 hektare. Jumlah penduduknya mencapai 270.000 jiwa. Kabupaten ini dikenal sebagai daerah berpenghasilan kopi terbesar di dunia, yakni Kopi Sidikalang. Selain itu, masih ada sumber hasil alam lainnya. Sumber daya alam lain itu, antara lain, seng dan timah hitam, yang juga merupakan tambang terbesar di dunia. Jumlah depositnya mencapai 20 juta ton. Panorama alamnya pun sangat indah, misalnya, Pantai Silalahi yang berada di kawasan Danau Toba bagian barat. Masyarakat di tempat ini mayoritas bertani kopi. Aroma kopi itu pun tercium di areal lokasi tersebut.

Bangunan pertama yang dilihat saat memasuki taman wi- sata itu adalah sebuah Vihara Buddha, setinggi 5 meter. Konon menurut etnis Tionghoa, lokasi wisata tempat berdirinya bangunan itu sangat dekat dengan Tuhan yang mereka sembah. Mereka meyakini hal tersebut.

Selanjutnya ada patung Abraham ketika menyerahkan kurban kepada Allah, serta patung Nabi Musa saat menerima Sepuluh Perintah Allah. Juga replika perjalanan salib dengan patung-patung ala Romawi, yang mengingatkan prosesi sengsaranya Tuhan Yesus sebelum disalibkan.

Wisata bagi lima pemeluk agama itu dibangun tahun 2001. Pemrakarsa wisata itu adalah Bupati Dairi, Dr Master P Tumanggor. Dia menggagas semua itu saat sedang beristirahat di Bukit Sitinjo, tengah perjalanan menuju kediamannya. Tumanggor beristirahat karena sangat kelelahan setelah perjalanan jauh dari Medan.

Dari atas bukit itu dia memandang ke bawah. Terlihat pemandangan yang indah.

Tumanggor langsung meminta seluruh stafnya untuk mengumpulkan tokoh masyarakat, pemuka agama, tokoh pemuda. Tumanggor meminta pendapat mereka yang dipanggil, setuju atau tidak bila membangun wisata iman dari lima agama di Bukit Sitinjo.

Hal yang tidak terduga Tumanggor ketika semua orang yang dikumpulkan itu tidak se- orang pun yang menolak idenya. Tanpa menunggu waktu lama, hari selanjutnya pembangunan dilaksanakan. Pembangunan taman wisata iman dibantu dari dana APBN dan APBD Provinsi. Juga ada bantuan dari pengusaha yang berwisata ke tempat itu. “Taman wisata iman ini dibangun agar masyarakat pengunjung dapat menyaksikan, menikmati, menghargai keindahan alam ciptaan Tuhan. Tujuannya agar menumbuhkan rasa cinta pada lingkungan hidup dan termotivasi agar lebih meningkatkan iman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, serta mempererat hubungan antarumat beragama,” kata Tumanggor.

Vihara tempat ibada agama Budha

Pura tempat ibadah agama Hindu

Belum Sempurna

Meski terlihat memesona, Taman Wisata Iman di Dairi, belum dapat dikatakan sempurna. Pemerintah kabupaten diharapkan lebih profesional, meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung. Masih banyak kekurangan dari pengelolaan tempat itu. Sarana tempat peristirahatan sementara, saat pengunjung mengitari lokasi wisata masih tergolong sedikit.

Hal yang dikhawatirkan bila turun hujan saat pengunjung berjalan menikmati keindahan alam. Sudah dapat dipastikan pengunjung itu kehujanan. Sebab fasilitas tempat istirahat atau berteduh masih sedikit. Selain itu, ketersediaan air bersih juga masih kurang, dan kamar peng- inapan perlu ditambah lagi.

Sekretaris Daerah Kabupaten Dairi, Ir Bungaran Sinaga mengakui, kekurangan dari tempat wisata itu. Pemerintah disebutkan sedang berusaha keras memperbaiki segala kekurangan-kekurangan dari pembangunan taman wisata. Sampai saat ini pembangunan itu sedang dilaksanakan. Hambatan mereka dalam pengelolaan itu karena terbatasnya anggaran dana.

“Kami berkeyakinan kalau pendapatan dari pengelolaan taman wisata iman ini jauh lebih besar bila dikelola lebih professional lagi. Tidak hanya wisa- tawan lokal maupun luar provinsi, turis mancanegara banyak yang tertarik, menikmati keindahan alam dari wisata iman ini. Kami tetap akan berusaha keras untuk mengelolanya lebih profesional lagi,” kata Sinaga.

Dia mengatakan, pemerintah provinsi menargetkan pemerintah kabupaten harus mampu mengelola dengan pendapatan sekitar Rp 50 juta setiap tahunnya. “Target itu jauh dari dugaan, pendapatan yang diterima mencapai Rp 250 juta. Pengunjung mayoritas datang di hari Minggu,” jelasnya.

Untuk di hari itu, pemerintah menempatkan pemandu bagi para pengunjung agar mendapatkan penjelasan atas patung-patung, sesuai cerita dalam kitab suci. Tidak sedikit pula di antara pengunjung yang datang menyempatkan diri untuk berdoa, di tempat-tempat yang telah disediakan.

“Rugi bila mereka yang datang tidak menyempatkan diri untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tidak sedikit pula di antara pengunjung yang mendapatkan berkat, mukjizat dari-Nya setelah kembali dari taman wisata ini. Termasuk pengunjung yang mendambakan kehadiran dari seorang anak. Ini cerita dari pengalaman wisa- tawan yang datang kembali ke tempat ini,” urainya.

Jadi? Agaknya tempat ini memang layak ditata lebih lanjut sebagai tempat wisata yang bisa mempertebal iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. [Suara Pembaruan]