Pantai Alam Indah TegalPantai Alam Indah (PAI), salah satu ­lokawisata Kota Tegal terus berbenah. Kini penambahan sarana dan prasarana di objek wisata tersebut terus dilakukan Pemkot Tegal. Kalau selama ini sarana wisata yang ada itu berupa taman bermain, anjungan, waterboom, dan Monumen Bahari, maka mulai awal Ramadan sarananya dilengkapi dengan anjungan yang ­panjangnya mencapai 250 meter dan kapal restorasi bernama ­ Lor ing Margi. Jenis restoran apung tersebut bisa dibilang satu-­satunya di Jateng.

Tentu saja itu semua bertujuan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata. Keberadaan restoran apung Lor Ing Margi dan anjungan baru dapat menjadi magnet untuk menggaet wisatawan lokal maupun dari luar daerah untuk berkunjung ke PAI. Dengan demikian, pendapatan asli daerah Kota Tegal meningkat.

Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebuda­ya­an dan Pariwisata (Disporbudpar), Ir HM Wah­yudi MM, mengatakan, kapal Lor Ing Margi resmi beroperasi, Minggu (9/8). Laun­ching dilakukan Wali Kota Tegal H Ikmal Jaya SE Ak. Kapal tersebut merupakan kapal kargo yang biasa digunakan untuk mengangkut kayu dari Kalimantan. Namun sejak tahun 2007, oleh PT Tegal Shipyard Utama, kapal yang memiliki panjang 45 meter dan lebar 12,5 meter itu disulap menjadi sebuah kapal restorasi (restoran terapung).

Menurut Wahyudi, Kapal Lor Ing Margi tak hanya berfungsi sebagai restoran, namun juga dapat digunakan sebagai kegiatan rapat, acara pernikahan dan pesta ulang tahun atau acara syukuran. Sebab, kapal tersebut juga menyediakan restoran dengan daya tampung lebih dari 150 orang.

Demikian juga ruang rapat di bagian ba­wah berkapasitas 100 orang. Selain itu ada empat buah kamar yang di bagian paling atas dekat ruang kemudi.

Wahyudi mengemukakan, pihaknya selama bulan Ramadan juga meningkatkan pengawasan terhadap objek wisata PAI. Upaya tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya sejumlah orang yang memanfaatkan untuk tempat berbuat maksiat.
Dia mengatakan, jumlah petugas yang melakukan pengawasan sebanyak 8 personel, terdiri atas polisi, Satpol PP, TNI AL dan petugas dari Disporbudpar.

Menurut dia, dalam rang­­ka meningkatkan kenyamanan pengunjung pihaknya dalam waktu dekat ini akan melakukan penataan parkir kendaraan. Pasalnya, selama ini kondisi parkir kendaraan masih semra­wut. Bahkan, sering dijumpai pengunjung me­markir mobil maupun motor hingga di dekat pantai.

Kondisi demikian, menyebabkan suasana PAI tidak teratur. Oleh karena itu, perlu dila­ku­kan penataan terhadap kendaraan pengunjung. Sesuai rencana, akan ada areal parkir di depan masjid di komplek PAI. Selain itu, akan ada peningkatan jalan yang mengelilingi taman kura-kura. Upaya tersebut untuk mengatasi ge­nangan rob yang biasa terjadi saat musim angin timuran dan musim penghujan.

Dengan adanya langkah-langkah tersebut, ketertiban dan kenyamanan pengunjung semakin meningkat. Para pengunjung ketika akan menuju pantai berjalan kaki, sehingga lingkungan pantai terlihat bersih dan teratur.

Yang pasti, seiring dengan kelengkapan sarana dan prasarana wisata, seperti adanya penambahan anjungan dan restoran terapung Lor Ing Margi jumlah pengunjung PAI semakin meningkat. Pihaknya, optimistis target Rp 1 miliar per tahun bisa terpenuhi.

Tahun ini objek wisata alam satu-satunya di Kota Bahari itu akan diperlebar sekitar tujuh hektare. Adapun jumlah anggaran yang disiapkan mencapai Rp 3 ,3 miliar. Dana tersebut antara lain untuk pengurugan wahana permainan anak, pembangunan jalan di taman kura-kura, pembangunan saluran air, pembangunan mandi bilas dan WC umum, pembangunan Monumen Bahari tahap kedua, pembangunan area parkir serta pembangunan tembok keliling.

Menurut Wahyudi, pengembangan PAI akan memberikan dampak multiefek yang baik kepada masyarakat di sekitarnya. Pasalnya, dengan semakin ramainya pengunjung ekonomi masyarakat juga bisa meningkat. Mereka bisa berdagang berbagai makanan sehingga memperoleh penghasilan.

Selain pengembangan sarana dana prasa­ra­na pihaknya bersama Dinas Pekerjaan Umum (DPU) juga melakukan perbaikan terhadap se­jumlah akses jalan yang menunju ke PAI. Wu­jud­nya antara lain peningkatan Jl Sangir, Jl Hal­mahera, pembangunan saluran air Jl Hal­ma­hera dan saluran samping Universitas Pan­ca­sakti (UPS) Tegal. Untuk kegiatan tersebut telah dianggarkan dana mencapai Rp 1,6 miliar.

Jadi, dengan kelengkapan seperti yang ada sekarang, PAI yang sekian lama selalu menjadi magnet pada saat Lebaran, bakal semakin ramai. Beberapa hari ini memang belum bisa dihitung. Tapi pihak pengelola memprediksi jumlah kunjungan bakal mencapai 6 ribu orang setiap harinya.

Apalagi semuanya telah dipersiapkan benar menjelang Lebaran. Kepala Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporbudpar), Ir HM Wahyudi MM mengatakan, berdasarkan yang sudah-sudah, lonjakan jumlah pengunjung terjadi pada H+2 dan H+3. Karena itu, pihaknya kini terus melakukan perbaikan sarana dan prasarana yang kurang mema­dai, antara lain pembangunan area pakir di de­pan Masjid PAI dan Waterboom dengan luas men­capai 600 meter persegi. Selain itu, pening­katan jalan yang mengelilingi taman kura-kura.

Dia juga mengemukakan, pihaknya telah menyiagakan sejumlah petugas untuk pengamanan, menjaga kebersihan dan keselamatan pengunjung. Tak hanya itu, sejumlah personel Tim SAR dari Polairud juga dilibatkan untuk pemantauan di pantai.

Kasi Pengembangan Produk dan Usaha Pariwisata, Sudibyo menambahkan, pihaknya juga telah melayangkan surat kepada para pengelola perahu wisata untuk mempersiapkan alat-alat keselamatan bagi para pengunjung yang menggunakan jasa perahu wisata. Selain itu, seluruh pedagang dan tukang parkir diminta menjaga ketertiban dan kebersihan. ”Mereka dilarang memanfaatkan situasi dengan menaikan harga yang memberatkan para pengunjung,” ujarnya.

Ya, wajah baru PAI bisa menjadi magnet menarik untuk pewisata. Tentu tak hanya ketika liburan Lebaran, magnet itu bakal terus menarik di waktu-waktu selanjutnya. Yang lebih mengasyikkan lagi, lokasinya tak jauh dari pusat Kota Tegal.

Di Sini Bermula Angkatan Laut

Mempelajari sejarah bangsa, tidak selalu harus dilakukan di bangku sekolah. Belajar sejarah dapat dilakukan dengan melihat benda-benda dan lokasi peninggalan masa lalu.

Saat ini, Kota Tegal memiliki sebuah objek wisata, yang dapat memberikan gambaran kepada generasi muda mengenai sejarah berdirinya TNI Angkatan Laut. Objek wisata tersebut bernama Monumen Bahari, terletak di kawasan obyek wisata Pantai Alam Indah (PAI) Kota Tegal.

Lokasi wisata tersebut sangat mudah dijangkau, karena terletak di jalur pantura, tepatnya sekitar 500 meter utara Jalan Yos Sudarso Kota Tegal. Monumen Bahari terletak di kiri jalan, sekitar 20 meter setelah pintu masuk kawasan PAI.

Monumen Bahari Kota Tegal diresmikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno, Sabtu 20 Desember 2008. Pada bagian tengah, terdapat bangunan induk, yang digunakan sebagai ruang pameran.

Sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista) yang sudah tidak terpakai, menghiasi sekeliling bangunan induk. Alat-alat tersebut merupakan sumbangan dari TNI Angkatan Laut, di antaranya kendaraan tempur tank PT 76, kendaraan tempur Pintam BRDM, pesawat udara Nomad N-22, meriam darat, bouyance, lampu navigasi, jangkar dan rantai, ranjau tanduk, serta terpedo MK 44.
Pengunjung dapat masuk dan melihat dari dekat, pesawat maupun senjata yang dipamerkan. Mereka tidak perlu berdesak-desakkan, karena Monumen Bahari dibangun di atas lahan yang cukup luas, sekutat 12.000 meter persegi.

Monumen Bahari di Kota Tegal merupakan monumen yang ke-35. Dari 34 monumen sebelumnya, 21 dikelola pemerintah daerah, sedangkan 13 dikelola TNI Angkatan Laut. Selain menjadi sarana rekreasi, keberadaan monumen tersebut diharapkan dapat mengembalikan jiwa bahari masyarakat Tegal, karena Angkatan Laut muncul dari Tegal.

Keberadaan Kota Tegal dalam sejarah berdirinya TNI Angkatan Laut, dapat dilihat dari brosur yang dapat diperoleh di sana. Kota Tegal menjadi cikal bakal terbentuknya Korps Mari­nir TNI Angkatan Laut, pada 15 No­vem­ber 1945, dengan nama Corps Ma­riniers. Selanjutnya, tanggal tersebut dijadikan sebagai hari lahir Korps Marinir.

Selain itu, Kota Tegal juga menjadi kota awal berdirinya Sekolah Angkatan Laut (SAL). Beberapa bangunan bersejarah lainnya yang dapat meyakinkan pengunjung mengenai peranan Tegal dalam sejarah berdirinya TNI Angkatan Laut, yaitu Gedung Pangkalan Angkatan Laut dan Monumen Kalibakung.

Monumen Kalibakung merupakan monumen yang menandai tempat itu pernah dipakai oleh Angkatan Laut RI sebagai tempat penyelenggaraan latihan opsir. Selain itu, terdapat sejumlah lokasi penyelenggaraan SAL, yang saat ini digunakan untuk asrama susteran PIUS dan SMKN 1 Tegal.

Bangunan-bangunan tersebut memang tidak berada dalam satu kawasan dengan Monumen Bahari. Meskipun demikian, pengunjung dapat menemukannya dengan berkeliling Kota Tegal dan sekitarnya.

Saat ini, pengunjung masih dapat menikmati objek wisata tersebut, de­ngan biaya yang murah. Tiket masuk Monumen Bahari masih menjadi satu dengan tiket masuk PAI. Padahal, harga tiket masuk objek wisata PAI cukup murah. Untuk orang dewasa hanya Rp 1.500 per orang, sedangkan untuk anak-anak Rp 1.000 per orang.

Selain Monumen Bahari, kawasan PAI juga dilengkapi waterboom dan anjungan wisata. Waterboom dibangun di atas lahan seluas 3.600 meter persegi, dengan kapasitas tempat luncuran maksimal 10 orang.

Keberadaan monumen tersebut diharapkan dapat menyerap tenaga kerja, sehingga membantu mengatasi krisis yang terjadi saat ini.

Sumber: Suara Merdeka