Wisata petualangan atau minat khusus menjadi pilihan utama akhir-akhir ini. Tetapi ketika tiba waktunya liburan, kadang bingung untuk menentukan pilihan. Kegiatan biasanya jatuh pada hiking atau mendaki gunung.

Salah satu gunung berapi di Indonesia yang menjadi langganan wisatawan mancanegara untuk berpetualang adalah Gunung Rinjani. Setiap tahun, tercatat ribuan para pendaki lokal maupun internasional menikmati alam menuju puncak Rinjani yang berketinggian 3.726 m dpl (di atas permukaan laut).

Taman nasional yang terletak di sebelah utara Lombok, Nusa Tenggara Barat ini merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia. Dua di atasnya adalah Pegunungan Jayawijaya di Papua dan Gunung Kerinci di Sumatera.

Gunung inilah satu-satunya yang memiliki paket wisata petualang terbanyak. Dari mulai dua hari satu malam hingga seminggu, mengeksplorasi keindahan setiap sudut Rinjani ditawarkan oleh beberapa operator wisata di sana.

Berbagai fasilitas yang memudahkan wisatawan untuk mendaki telah disediakan, seperti perlengkapan pendakian berupa tenda, sleeping bag, maupun makanan selama pendakian plus juru masak yang sekaligus menjadi guide (pemandu) dan beberapa porter (tenaga angkut).

Jika Anda memilih salah satu paket wisata yang ditawarkan. Maka, sesampainya di Bandara Selaparang Lombok, yang harus Anda lakukan hanya duduk manis menunggu jemputan. Atau langsung menuju hotel dan akan dijemput di tempat Anda menginap. Selanjutnya operator wisata Anda akan mengantar hingga ke puncak Rinjani atau sesuai dengan paket wisata yang Anda pesan.

Namun jika Anda petualang sejati, pilihlah Jalur Sembalun -disarankan untuk para pendaki pemula-, jalur yang ramai dilalui. Untuk mencapai pos awal pendakian di jalur ini relatif murah dan mudah dijangkau dengan transportasi umum.

Dari gerbang pelabuhan laut Lembar, perjalanan dilanjutkan menuju terminal bus di Kota Mataram. Di terminal tersedia kendaraan minibus jurusan Mataram-Aikmel dengan waktu sekitar satu jam perjalanan. Di Aikmel, para petualang juga telah ditunggu kendaraan yang langsung menuju pos pendakian Sembalun Lawang.

Selama menempuh perjalanan ke Sembalun Lawang, kita disambut dengan hutan tropis ditambah atraksi monyet liar di pinggiran jalan. Hamparan perkebunan kol, cabai dan bawang terbentang luas. Tersaji pula pemandangan ngarai hijau mempesona yang dihuni suku Sasak tradisional, suku asli Pulau Lombok.

Belum melakukan pendakian sudah disuguhkan dengan panaroma alam yang melegakan kepala. Sepintas terbayang bagaimana keindahan jalur yang akan kami lalui dan Puncak Rinjani yang sebelumnya kami lihat dari foto-foto melalui Internet.

Setiba di pos pendakian Sembalun Lawang, para pendaki wajib mendaftarkan diri. Sebelum keberangkatan, petugas jagawana memberikan pesan agar menjaga kebersihan dan menghormati adat istiadat penduduk setempat. Tak lupa diterangkan pula lokasi mata air yang tersembunyi.

Bagi yang membutuhkan, disinilah tersedia jasa guide atau porter, yang dilengkapi penyewaan peralatan serta perbekalan standar pendakian gunung. Pengelolaan jasa wisata yang melibatkan suku Sasak ini, menerapkan tarif berbeda bagi wisatawan asing dan wisatawan lokal.

Rute yang dilalui adalah gerbang Sembalun Lawang – Pelawangan Sembalun – Puncak Rinjani, memakan waktu 9 sampai 10 jam. Tantangan pertama jalur ini begitu dramatis dan mengesankan, trail wisata pendakian merupakan Padang Savana dan punggung gunung berliku dengan jurang di kanan dan kiri.

Padang Savana yang luas dan berbukit-bukit merupakan karakteristik alam yang memberikan pengalaman baru bagi para petualang yang biasa mendaki pegunungan di tanah Jawa. Biasanya pegunungan di Jawa lebih banyak menyuguhkan hutan homogen dan heterogen.

Tanah tandus berdebu diselimuti cuaca yang menyengat membuat stamina cepat terkuras. Sejauh mata memandang, hanya beberapa tempat terhampar rumput ilalang lebat sebagai habitat bagi lembu-lembu gembala. Di tempat tertentu terdapat pos khusus yang bisa digunakan berkemah dengan mata air dan toilet darurat.

Sehabis Padang Sabana, trek selanjutnya terasa semakin berat. Tanjakan terjal dengan jurang menganga mulai menghiasi pendakian di antara rimbunan hutan heterogen. Taman Nasional Gunung Rinjani relatif aman dari ancaman binatang buas. Hanya ada burung, monyet yang bergelantungan, dan ayam hutan yang acapkali kita jumpai di hutan.

Setelah menempuh perjalanan sekitar tujuh jam, sampailah di pelawangan (punggungan gunung) Sembalun Lawang. Lokasi yang ditumbuhi cemara gunung (Casuarina junghuniana) ini merupakan pos pendakian terakhir sebelum menuju puncak.

Pelawangan Sembalun Lawang terletak tepat di lereng penyangga Danau Segara Anakan. Sambil istirahat dan mengeluarkan segala perbekalan yang ada (menyiapkan makanan dan membuka tenda), kita bisa sepuasnya menyaksikan keeksotisan danau raksasa yang terbentuk secara vulkanik akibat letusan Gunung Rinjani yang terjadi secara berkala sejak 1847, dan terakhir meletus pada 2004.

Harus waspada terhadap cuaca, di ketinggian ini sangat mudah berubah. Serbuan halimun yang dingin bisa tiba-tiba menggantikan cuaca panas menyengat. Tak jarang angin badai mampu merobek bahkan melayangkan tenda ke udara. Namun, pesona sunrise dan sunset menjadi momen yang tak terlupakan seumur hidup di titik ini.

Setelah cuaca menjadi tenang dan istirahat dirasa cukup, kemudian ada dua pilihan; melanjutkan petualangan menuju puncak atau langsung turun ke Danau Segara Anakan. Pertimbangannya, trek perjalanan menuju puncak amat berat dan cukup berbahaya. Medan berpasir, kawah, dan jurang yang terlihat tanpa dasar, akan memaksa adrenalin dalam diri meningkat selama 3-5 jam perjalanan.

Sementara medan perjalanan menuju Danau Segara Anakan tak kalah menegangkan. Para pendaki harus lincah menuruni lereng cadas dengan kemiringan berkisar 40-80 derajat. Harus waspada terhadap ancaman reruntuhan batuan yang dapat membahayakan jiwa pendaki.

Namun demikian, kedua tantangan tersebut tentunya akan memberikan imbalan yang setimpal. Sebagai petualang sejati tentunya tidak akan melewatkan kesempatan menaklukkan puncak Rinjani yang dengan istilah tinggal sejengkal itu.

Kebanyakan, pendaki naik ke puncak terlebih dahulu pada dini hari untuk menyaksikan sunrise dari tempat tertingi di Pulau Lombok. Setelahnya barulah menuruni secara perlahan menuju Danau Segara Anakan. Kedua pilihan itu kami ambil berikut dengan risikonya yang harus kami tanggung sendiri.

Akhirnya dengan kemurahan Sang Pencipta, kami selamat sampai di tempat terindah, Danau Segara Anakan. Untuk melemaskan otot yang tegang, para pendaki biasanya berendam air panas seharian di beberapa kolam belerang alami, dan menjadi tontonan bagi puluhan monyet liar bertaring tajam.

Kemenangan liburan ini kami rayakan dengan membakar ikan di pinggir danau. Ikan mas, mujair, dan harper yang berukuran besar berkembang biak dengan pesat di danau ini. Bila kurang ahli memancing atau sedang apes, bisa membeli ikan dari pemancing lokal yang sering muncul di musim liburan.

Di seberang danau terlihat pemandangan gundukan bukit pasir dengan asap putihnya yang berkejaran ke angkasa. Terjadi akibat vulkanik yang terus menerus, sehingga ditengah-tengah kaldera muncul kerucut baru gunung api yang dinamakan Gunung Baru Jari (± 2.376m dpl). Menyaksikan langsung fenomena alam ini sungguh anugerah yang tak terkira.

Etika Pendakian di Gunung Rinjani

1. Pendaki/Pengunjung harus melapor/minta ijin pada Kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani di Jalan Arya Bajar Getas Lingkar Selatan Kota Mataram atau pada Pos Pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani terdekat dengan membawa/ menunjukkan kartu identitas/KTP serta Surat Keterangan Sehat dari Dokter.

2. Bagi Pendaki/Pengunjung dengan tujuan penelitian, pendidikan dan rombongan harus membawa surat jalan dari organisasi/sekolah/instansi yang bersangkutan.

3. Pendaki disarankan membawa penunjuk jalan yang sudah berpengalaman.

4. Pendaki/Pengunjung hendaknya membawa perlengkapan/perbekalan secukupnya serta membawa kembali sampah dan organik keluar kawasan Taman Nasional.

5. Pendaki/Pengunjung diperbolehkan mendaki pada bulan April s/d November dan disarankan tidak melakukan pendakian pada bulan Desember s/d Maret terkecuali ada izin khusus dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.

6. Selama berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani diperhatikan beberapa hal antara lain:
• Dilarang mengambil tumbuhan/binatang/bahan/barang-barang lain dari dalam kawasan.
• Dilarang mencoret-coret/perusakan terhadap pohon/bangunan/batuan yang berada dalam kawasan.
• Mendirikan tenda pada tempat-tempat yang telah ditentukan
• Penggunaan api dibatasi pada tempat-tempat tertentu untuk mencegah terjadinya kebakaran.
• Sebelum meninggalkan Kawasan diwajibkan mengumpulkan sampah dan membawa pulang keluar kawasan TNGR.

7. Setelah Selesai melakukan pendakian agar melapor kembali ke Pos pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani terdekat atau Kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.

Sumber: Majalah Travel Club