Banyak hal menarik dalam museum ini. Fosil kayu berumur 40 ribu tahun, gelondongan jati usia 336 tahun, dan pohon berbicara. Ketiganya menjadi primadona.

Berkunjung ke Museum Manggala Wanabakti seperti menjelajah hutan Indonesia. Wajar demikian, karena pohon-pohon besar yang mengelilingi bangunan ini diambil dari beberapa daerah di Indonesia. Suasana sejuk pun mengiringi langkah memasuki museum di Jalan Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta.

Saat menuju bagian dalam museum, pohon jati berbicara menyambut kedatangan pengunjung. Dinamai pohon berbicara karena pengunjung bisa mendengar suara rekaman seolah-olah datang dari pohon tersebut, menceritakan tentang sejarah pohon jati itu dan artifak di sekitarnya. Di sebelah pohon yang sudah berusia 139 tahun ini, terlihat gelondongan jati dengan umur 336 tahun.

Kedua pohon ini berada di tengah-tengah ruang dan tertata layaknya di hutan sungguhan. Tidak hanya kedua benda tersebut, ada pula fosil kayu yang usianya terhitung sudah 40 ribu tahun.

Melangkah lebih jauh ke sisi sebelah kiri dari arah pintu masuk, pengunjung akan melihat ruang Rimbawan Pejuang. Di sini terdapat dokumentasi, sebut saja, emblem, foto-foto, para pelaku sejarah, dan lukisan sebagai wujud mengenang perjuangan relawan hutan atau lebih dikenal sebagai Pasukan Wanara.

Setelah dari ruang Rimbawan Pejuang, pengunjung bisa melihat beberapa sarana pengelolaan hutan sejak jaman Belanda, berbagai jenis alat pemotong kayu, alat-alat ukur yang memiliki fungsi untuk membuat peta kehutanan, sarana untuk mengangkut kayu-kayu, seperti miniatur gerobak sapi, serta monorail.

Selain itu, pengunjung akan dibuat terpana dengan diorama hutan alam jati, pinus, agathis dan hutan payau. Pasalnya, diorama tersebut tidak terlindungi oleh kaca, seperti yang biasa dilihat di museum lainnya. Walaupun buatan, hutan penuh pohon-pohon ini diatur sesuai bentuk aslinya.

Kemudian, di sebelah kanan, terdapat koleksi beragam jenis kayu, macam-macam biji pohon jenis komersial, berbagai jenis hama dan penyakit pohon, hasil hutan ikutan, penyadapan getah pinus dan cara penyadapannya. Lalu, ragam peralatan kerja serta berburu dari daerah di Indonesia, persuteraan alam, perlengkapan tugas mantri hutan tempo dulu, barang kerajinan kayu, perangko dan uang yang didesain khusus ketika memperingati KKS ke-8, tahun 1978.

Museum yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 24 Agustus 1983 ini, juga mempunyai ruang informasi, yakni perpustakaan. Di sini tersimpan sekitar 30 ribu judul buku, tak ketinggalan koleksi foto hutan, dilengkapi dengan informasi mengenai manfaat, tipe, dan fungsinya.

Sementara, total koleksi yang dipamerkan dalam museum ini berjumlah 736 koleksi, 524 koleksi dipamerkan didalam ruang, empat koleksi di luar ruang, dan 208 benda di ruang penyimpanan. Tentu saja, jumlah tersebut bisa mengalami perubahan jika ada peminat, layaknya ilmuwan atau masyarakat untuk member sumbangan dalam bentuk benda, pikiran atau peran serta lain.

Museum Manggala Wanabakti memang sebuah museum unik dan patut Anda kunjungi agar lebih mengenal seperti apa hutan Indonesia. Dari sana, kita bisa ikut menjaga hutan sebagai paru-paru dunia.

Sumber: Majalah Travel Club